TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis wanita Ratna Sarumpaet sempat mengakui dirinya dipukuli oleh sejumlah orang tidak dikenal. Menurutnya, kebohongan itu dibuatnya untuk memberi penjelasan atas lebam yang ada di wajahnya kepada keluarganya. Nyatanya, lebam di wajah ibu Atiqah Hasiholan itu timbul oleh karena operasi sedot lemak di bagian pipinya.
Baca: Atiqah Hasiholan Banyak Tak Tahu, Polisi Tanya Hubungan Ibu-Anak
Berita lebam karena dipukuli ternyata menyebar dengan cepat sehingga beberapa tokoh masyarakat pun membela Ratna yang ternyata berbohong. Dampak dari berita bohong Ratna rupanya merembet hingga ke ranah hukum. Kemarin, aktris Atiqah Hasiholan menerima panggilan Polda Metro Jaya untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus berita bohong yang menjerat ibunya.
Terlepas dari berita bohong yang menyeret nama Ratna Sarumpaet hingga melibatkan pihak berwajib, kita belajar bahwa menanamkan nilai keterbukaan dan kejujuran dalam keluarga merupakan hal yang penting dan mendasar. Sayang ternyata kebohongan kepada keluarga sendiri sering dilakukan kelaurga secara umum. Seorang psikolog di Universitas Virginia, Bella De Paulo mengungkapkan bahwa satu dari dua perbincangan di dalam keluarga mengandung kebohongan.
Simak manfaat dari keterbukaan dan kejujuran dalam keluarga?
1. Peningkatan Kesehatan dan Kualitas Psikis
Sebuah konferensi tahunan dari Asosiasi Psikolog Amerika di tahun 2015 telah melakukan eksperimen tentang kondisi kesehatan fisik dan mental kepada 110 anggota keluarga saat berbohong. Dari hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa partisipan yang mengungkapkan sedikit kebohongan, mendapatkan peningkatan kesehatan dan kualitas psikis yang lebih baik, seperti tidak lagi merasa tegang, serak, sakit tenggorokan, bahkan peningkatan relasi personal.
2. Mengantisipasi tindakan kriminal
Sebuah jurnal yang ditulis oleh seorang psikolog Patrix Brando Rimporok yang berjudul 'Intensitas Komunikasi dalam Keluarga untuk Meminimalisir Kenakalan Remaja di Desa Maumbi Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara' mengatakan bahwa tindakan kriminal disebabkan oleh faktor sosial. Penyebab sosiologis tersebut biasanya didorong bukan dari diri individu, melainkan pengaruh internal keluarga yang kurang membangun dan menekan. Komunikasi efektif dengan cara terbuka dan jujur kepada anggota keluarga ternyata dapat menurunkan tindak kriminal.
Baca: Hoax Ratna Sarumpaet, Atiqah Hasiholan Diam Usai 4 Jam Diperiksa
3. Dibanjiri kesempatan dalam bermasyarakat
Keluarga merupakan unit terkecil dalam bermasyarakat. Semua aktivitas seseorang khususnya dalam hal bermasyarakat, tidak akan terlepas dari kebiasaan yang dibentuk di dalam keluarga. Kebiasaan jujur dan terbuka merupakan soft skill dan kunci utama dalam bermasyarakat. Menurut hasil penelitian grafologi di tahun 2015, 80 persen orang yang berkata jujur akan memiliki kesempatan besar dalam hal bermasyarakat dan pekerjaan.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | EHOW.COM | CNBC