TEMPO.CO, Jakarta - Marion Jola kerap dikritik netizen karena dianggap memiliki ukuran tubuh yang terus membesar. Tidak tahan menerima celaan itu, Marion Jola pun buka suara. "I know just please stop, everyone pls, im on diet no wories Kay?" tulis Marion Jola di Instagram Story-nya.
Baca: Diet Marion Jola Sukses, Cibiran Netizen Berkurang
Baca Juga:
Penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol itu juga mengungkapkan dirinya sudah berusaha menguruskan badannya. Dia meminta netizen untuk bisa memahami jika proses diet membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang.
"Semua suruhan diet dan kata2 "gendut jelek bagusan dulu, jangan gendut saat ini" itu sama sekali ga membantu masalahnya, ini lama2 mengganggu, buat akunya bisa mikir lain, malah kepengaruh, just pls stop, i know, im on diet, tiap hari nge gym, ga gampang, ga cepet ok?" ujar Marion Jola.
Apa yang dialami oleh Marion Jola dapat dikategorikan sebagai bentuk body shaming. Menurut survey yang dilakukan terhadap 1.000 orang (432 pria dan 578 wanita), 90 persen dari mereka mengaku pernah mengalami body shaming setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Mereka yang pernah mengalami body shaming, 32 persen lebih mungkin untuk melakukannya terhadap orang lain. Bagian tubuh yang paling sering menjadi sasaran body shaming, yakni perut dan kaki. Selain itu, payudara, bokong, lengan dan wajah.
Bagi pria, body shaming dapat membuat mereka merasa tidak bahagia dan tidak sehat karena dituntut untuk mengejar target yang tidak realistis dan tidak dapat dicapai. Dengan body shaming, pria merasa dituntut untuk memiliki bentuk tubuh ideal, seperti memiliki lengan yang berotot, wajah tampan atau ganteng, perut six packs dan pinggang yang ramping.
Body shaming bisa menyebabkan gangguan makan yang berbahaya, diet dan latihan olahraga yang tidak sehat, dan bahkan masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan. Dalam satu survei, satu dari lima pria mengaku bersedia mempertimbangkan operasi plastik untuk memperbaiki secara permanen apa yang mereka pikir salah dengan tubuh mereka.
Pria melaporkan umumnya menerima body shaming dari teman-teman, seperti rekan satu sekolah, rekan di kampus, atau rekan kerja, sementara lebih dari 23 persen lainnya mengatakan mereka mengalami body shaming dari orang lain yang bahkan tidak mereka kenal.
Berikut adalah berbagai bentuk dari body shaming:
Fat-Shaming: Ini adalah bentuk body shaming yang berarti mengkritik seseorang berdasarkan persepsi bahwa mereka kelebihan berat badan. Memanggil nama, membuat lelucon, atau menggunakan bahasa negatif lainnya untuk mendeskripsikan seseorang yang dianggap gemuk masuk ke dalam kategori ini.
Fit-Shaming: Ini terjadi ketika seseorang menilai orang lain secara fisik sehat, namun membuat komentar negatif tentang mereka. Misalnya, seseorang mungkin melihat seseorang yang lain yang sangat berotot dan mengatakan bahwa orang itu terlalu berotot, terlihat tidak wajar, atau sejumlah komentar negatif lainnya.
Skinny-Shaming: Ini bentuk body shaming yang terjadi ketika seseorang dikritik karena terlalu kurus. Bentuk body shaming ini juga menyakitkan karena menyiratkan ada sesuatu yang salah dengan orang yang ukuran dan bentuk tubuhnya kurus.
Baca: Marion Jola Tak Peduli Komentar Nyinyir Soal Tampilan Makeup-nya
Showy-Shaming: Ini terjadi ketika seseorang mengkritik orang lain karena menampilkan tubuh mereka dalam beberapa cara. Misalnya, jika seseorang mengunggah foto dirinya dengan pakaian renang dan orang lain mengkritiknya karena melakukan hal itu. Ini menyiratkan bahwa mereka seharusnya merasa malu pada tubuh mereka atau menjaga tubuh mereka tetap pribadi. Padahal, setiap orang berhak atas tubuhnya masing-masing.
TABLOIDBINTANG | BRAVOTV | CIELOHOUSE