TEMPO.CO, Jakarta - Film Gundala akan tayang pada 2019. Film Indonesia bertemakan aksi jagoan ini diangkat dari komik karya Harya Suraminata atau Hasmi dengan judul yang sama. Tokoh Gundala Putra Petir dalam film Gundala akan diperankan oleh Abimana Aryasatya.
Baca juga: Gundala Ganti Kostum di Film, Ini Penjelasan Joko Anwar
Hasmi, panggilan akrab dari Harya Suraminata, menciptakan tokoh Gundala pada 1969 dan menjadi ikon, juga bertahan menjadi bacaan anak-anak muda hingga 1990-an. Alasan Hasmi menciptakan tokoh Gundala karena, menurutnya, Indonesia saat itu membutuhkan sosok pahlawan atau superhero.
Ide kekuatan Gundala yang berupa petir, menurut Hasmi, didapat dari tokoh legenda Jawa, Ki Ageng Sela, yang diceritakan bisa menangkap petir. Sedangkan bentuk fisik Gundala mendapat inspirasi dari bentuk karakter The Flash ciptaan Gardner Fox dari DC Comics.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun mengaku sebagai salah satu pembaca komik Gundala dan komik itu menjadi bacaannya saat masih kecil. "Banyak sekali, saya dulu kalau baca komik ya Gundala Putra Petir, kemudian (cerita silat karya) Kho Ping Hoo," kata Presiden Jokowi di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2017, saat digelar acara Gemar Membaca dalam rangka Hari Buku Nasional bersama Presiden RI, seperti diwartakan Tempo pada 18 Mei 2017.
Membaca komik sejatinya menghibur dan menyenangkan. Tak hanya itu, membaca buku komik juga punya sejumlah manfaat lainnya.
Menurut Shrink Tank, salah satu manfaat membaca buku komik adalah dapat menghilangkan stres. Komik menawarkan dunia fantasi yang dapat membuat pembacanya lepas dari stres dan imajinasinya berkembang. Dengan terjun ke dalam dunia buku komik, pikiran pembaca bebas menjelajahi dunia dan dimensi yang berbeda.Presiden Jokowi dan Komik Gundala Putra Petir. Setpres/Says.com
Dengan begitu, membaca komik dapat dikategorikan sebagai bentuk perawatan diri yang disebut dengan vernakular psikologis, yakni kegiatan yang dilakukan seseorang secara sukarela, yang dapat membantu menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosionalnya. Perawatan diri, seperti membaca buku komik, dapat membuat seseorang merasa sehat, rileks, dan siap untuk mengerjakan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
Komik juga dapat merangsang intelektual pembaca. Cerita yang diangkat dalam komik sering mengangkat banyak masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan. Contohnya Green Lantern/Green Arrow seri tahun 1970-an yang mengangkat masalah kecanduan narkoba, Captain America diciptakan oleh Joe Simon dan Jack Kirby sebagai reaksi langsung terhadap tindakan yang dilakukan oleh Nazi di Jerman, dan lain-lain.
Penelitian yang telah dilakukan oleh profesor keaksaraan di California State University, Anne E. Cunningham dan Keith E. Stanovich, menemukan sejumlah manfaat komik lainnya, seperti kaitan antara membaca komik dengan peningkatan kemampuan bahasa dan pengetahuan kosakata.
Untuk tujuan ini, Cunningham dan Stanovich menganalisis bahasa yang digunakan dalam berbagai media, seperti televisi, buku anak-anak, buku orang dewasa dan buku komik. Mereka juga menganalisis bahasa lisan yang digunakan oleh lulusan perguruan tinggi.
Dalam analisis, pasangan peneliti ini menemukan fakta bahwa bahasa yang digunakan pada komik jauh lebih maju daripada komunikasi lisan lulusan perguruan tinggi dan menggunakan hampir dua kali lebih banyak kata-kata langka atau sulit. Bahkan, yang lebih luar biasa lagi, buku komik sering menggunakan bahasa yang lebih menantang daripada sastra anak-anak.
Cunningham dan Stanovich menutup dengan menyatakan, "Kita harus menyediakan semua anak pengalaman membaca sebanyak mungkin. Mereka yang membaca banyak hal, kecerdasan verbalnya akan meningkat. Artinya, membaca akan membuat mereka lebih pintar."
Baca juga: Gundala Akan Diperankan Abimana Aryasatya
ANTARA | SHINTA MAHARANI | S. DIAN ANDRYANTO | SHRINKTANK | GEEKANDSUNDRY