TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Elizabeth T. Santoso, mengemukakan bahwa kasus kekerasan dalam rumah tangga semakin meroket dipicu oleh stres, di antaranya, kasus pembunuhan satu keluarga yang terjadi baru-baru ini di Palembang.
Baca: 5 Pemicu Psoriasis, dari Stres sampai Keputihan
“Kasus kekerasan dalam keluarga itu dipicu awalnya dari ketidakbahagiaan hubungan istri dan suami. Itu stimulus awalnya. Sebenarnya, banyak trauma yang belum selesai dalam diri sendiri,” kata Elizabeth saat ditemui usai media workshop Tension and Trauma Releasing Excerises (TRE) di Jakarta, Jumat 2 November 2018.
Penulis buku “Raising Children in Digital Era” memaparkan bahwa stres itu reaksi tubuh dan pikiran terhadap tantangan dan tuntutan sehari-hari.
“Penyebab stres antara lain kondisi biologis. Misalnya, sakit atau kecelakaan. Kemudian, lingkungan, tinggal di lingkungan yang bising, berpolusi dan tidak sehat. Lalu, pola pikir, seperti apa yang diharapkan berbeda dengan realitas,” kata Elizabeth.
Selain itu, ada pula perilaku negatif seperti gaya hidup tidak sehat, contohnya merokok, napza, alkohol, dan kurang aktivitas fisik yang mempengaruhi stres. “Kondisi dan dinamika kehidupan juga menyebabkan stres, seperti perceraian, kematian, pemecatan, konflik dengan kolega dan pasangan,” kata Lizzie sapaan Elizabeth.
Berkaitan dengan kasus kekerasan rumah tangga, lanjutnya, lebih banyak disebabkan oleh urusan rumah tangga dan hubungan antar pasangan. “Karena pasangan itu yang paling mengerti diri kita. Begitu ada sesuatu yang ‘menusuk’ bisa menyebabkan stres, marah, hingga pembunuhan,” kata Lizzie.
Stres sendiri, ungkapnya, sudah dirasakan manusia sejak awal kehidupan. Dan tanpa disadari ada beberapa kondisi stres yang menyebabkan syok dan trauma. Misalnya, tertimpa bencana alam, korban pelecehan, kecelakaan, dan lain sebagainya. “Trauma menyebabkan reaksi yang intens, seperti ketakutan, kemarahan, kesedihan, ataupun rasa bersalah. Bila tidak ‘diintervensi’ akan berdampak panjang dan termanifestasi dengan munculnya gangguan fisik dan emosi,” katanya.
Baca: Stres Bisa Menular dan Berbuntut Panjang, Cek Penjelasannya
Ia menyarankan agar orang sejak dini mengintervensi dengan melakukan pelepasan stres melalui kecerdasan tubuh yang disebut TRE.