Beberapa gejala diabetes melitus yang perlu diwaspadai antara lain ketika anak banyak makan dan terus merasa lapar meski baru selesai makan namun berat badan bukannya meningkat malah menurun drastis. Ini terjadi karena ketidakmampuan tubuh menyerap gula darah sehingga jaringan otot dan lemak menyusut.
Selain itu, anak juga akan merasa haus terus menerus sehingga anak sering minum. Namun banyaknya cairan yang masuk tidak diimbangi kemampuan penyerapan tubuh terhadap cairan sehingga anak diabetes lebih sering buang air kecil, terutama di malam hari bahkan sering ngompol.
Anak juga gampang merasa lelah dan mengalami gangguan emosi karena tubuhnya tidak mampu menyerap gula dari makanan sehingga membuatnya kekurangan energi. “Tanda darurat lain yang perlu diwaspadai yaitu sesak napas, dehidrasi, syok, dan napas berbau keton. Kalau sudah ada tanda-tanda begini, orang tua harus segera memeriksakan anak dan mengecek kadar gula darahnya,” jelasnya.
Aman menuturkan bahwa anak dengan diabetes tipe 1 harus melakukan pengobatan dan menyuntikan insulin seumur hidup karena tubuhnya sudah tidak lagi mampu memproduksi insulin sebab sistem kekebalan tubuh telah menghancurkan semua sel yang memproduksi insulin di dalam pankreas.
Sementara pada diabetes tipe 2 yang kadar gula darahnya dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan, penyuntikan insulin seumur hidup tidak diperlukan.
“Meski demikian, bukan berarti penderita diabetes tipe 1 tidak bisa hidup layaknya anak normal, mereka juga memiliki harapan untuk menjalani hidup seperti yang diimpikan dengan penuh semangat,” tuturnya.
ilustrasi anak makan (pixabay.com)
Selain diabetes tipe 1, anak-anak ternyata memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 yang biasanya terdiagnosis pada usia pubertas atau lebih tua. Biasanya, diabetes tipe 2 rentan dialami anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
“Selain itu, anak dengan diabetes tipe 2 memiliki ciri-ciri fisik yang sering ditandai dengan adanya bagian kulit yang menjadi gelap seperti di leher dan ketiak,” ujarnya.
Untuk menghindari anak dari risiko diabetes, Arman menyarankan agar orang tua mengajarkan metode 5210 kepada anak. Yaitu 5 kali makan buah dan sayur, maksimal duduk selama 2 jam, sisihkan waktu 1 jam untuk berolahraga, dan tidak mengonsumsi gula sama sekali atau 0.
Sementara itu, Cut Putri Ariene, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan mengingatkan pentingnya melakukan kontrol metabolik secara baik sehingga anak dapat tubuh dan berkembang secara optimal.
Baca juga: Waspada, Diabetes Bisa Akibatkan Impotensi pada Pria
Kontrol metabolik tersebut dilakukan dengan mengupayakan kadar gula darah berada dalam batas normal tanpa menyebabkan anak kekurangan glukosa dalam darah. Sebab, akan bahaya juga jika anak kekurangan glukosa.