TEMPO.CO, Jakarta - Saat badan menggemuk, lemak kerap dituding sebagai biang keladi. Di sisi lain, masih banyak salah kaprah seputar lemak yang kita konsumsi. Salah satunya, asumsi bahwa lemak yang menyebabkan perut buncit berfungsi sebagai zat antiinflamasi alias menangkal peradangan organ dalam tubuh. Benarkah?
Baca juga: Lemak, Benarkah Biang Keladi Kegemukan? Cek 5 Khasiatnya
Baca Juga:
Untuk menjernihkan asumsi ini kami mewawancara Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit YPK Mandiri Jakarta, Silvia Anita, S.Gz.
Silvia menjawab, "Sebenarnya bukan lemak di perut yang berfungsi sebagai antiradang. Melainkan makanan yang mengandung lemak, tidak seluruhnya jahat. Ada lemak makanan yang mengandung zat antiinflamasi. Avokad misalnya, mengandung lemak tidak jenuh tunggal dan ganda. Selain avokad, ada minyak zaitun, ikan tuna, ikan salmon, dan kacang-kacangan."
Banyak yang meyakini mengkonsumsi ikan baik untuk kesehatan. Ikan disebut baik untuk penderita stroke dan jantung. Silvia membenarkan hal tersebut. "Ikan juga mengandung omega 3 yang bersifat melebarkan pembuluh darah," terangnya kepada tabloidbintang.com di Jakarta, pekan ini.
Jenis lemak lainnya yakni lemak jenuh dan lemak trans. Keduanya tidak dianjurkan para dokter. Kedua lemak ini terdapat di mayones dan whipped cream. Lemak trans biasanya ada di makanan kalengan. Maka saat hendak membeli makanan dalam kaleng, Silvia mengimbau Anda mengecek ada atau tidak kandunganlemak trans. "Kalau ada sekian persen saya kurang rekomendasikan karena itu lemak jahat yang memicu plak dan penyempitan pembuluh darah. Anda mesti mengkonsumsi dengan sangat bijak," pungkas dia.
Baca juga: Makanan Berlemak Jelek buat Diet? 4 Makanan Ini Justru Dianjurkan