TEMPO.CO, Jakarta - Hambatan dan kendala dalam proses identifikasi korban bencana massal biasanya terjadi pada pengumpulan data antemortem. Hal tersebut diungkapkan dokter Oktaviana Safitry dalam acara Seminar Awam dan Media "Info Sehat FKUI untuk Anda" di Ruang Senat Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis 29 November 2018. Idhoen, sapaan akrabnya, sudah menjadi bagian dari tim forensik Disaster Victim Identification (DVI) sejak 2002.
Baca: Posko Korban Lion Air JT 610 di Pangkalpinang Ditutup Hari Ini
"Kesulitannya karena konsep identifikasi korban itu perbandingan (antara data postmortem dan antemortem). Jadi, kalau kita tidak bisa menemukan bandingannya, (korban) jadi tidak bisa diidentifikasi," tuturnya.
Idhoen menyampaikan keahlian tim forensik Indonesia sebenarnya sudah mumpuni untuk mengidentifikasi data postmortem. "Jadi untuk pemeriksaan jenazah untuk data postmortem itu sudah oke. Selain itu, untuk pemeriksaan gigi, ahli ontodologi forensik sudah banyak juga sekarang. Ambil sidik jari, Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) kita juga sudah jago-jago, untuk DNA juga kita sudah punya laboratorium sendiri," ujarnya.
Namun, yang masih menjadi masalah saat ini adalah pengumpulan data antemortem korban. Data antemortem adalah data-data fisik khusus yang dimiliki korban semasa hidup. Data ini bisa berupa pakaian, aksesoris atau barang-barang yang melekat di tubuh korban untuk terakhir kalinya, barang bawaan, tanda lahir, tato, bekas luka atau operasi, cacat tubuh, foto diri berat dan tinggi badan serta sampel DNA. Data antemortem biasanya didapatkan dari pihak keluarga korban ataupun instansi tempat korban bekerja. Ardhian melanjutkan pendataan untuk data postmortem korban bencana massal biasanya lebih mudah untuk dilakukan.
Idhoen mengungkapkan pengumpulan data antemortem korban terkadang terlambat karena terhambat kondisi psikis keluarga. Dia bercerita pengalamannya menghubungi keluarga korban pesawat jatuh melalui telepon karena yang bersangkutan berada di luar Jakarta. Namun, keluarga yang dihubungi langsung menangis sebelum diberi penjelasan dan permintaan data korban, sehingga dirinya pun harus menunggu mereka hingga tenang.
Baca: Jenazah Warga Italia Korban Lion Air Akan Dikremasi di Indonesia
Ada pula keluarga korban yang tidak percaya jika anggota keluarganya menjadi korban bencana massal. Padahal, data antemortem sangat penting untuk kelengkapan data agar jenazah bisa cepat diidentifikasi.