TEMPO.CO, Jakarta - Wedang ronde adalah santapan unik di Indonesia. Salah satu jajanan pasar ini merupakan warisan kuliner Cina di Tanah Air, tapi namanya juga dipengaruhi bahasa Belanda.
Baca juga: Anda Foodies? Tilik Keasyikan 3 Film Bertema Kuliner Ini
Chef Wira Hardiyansyah dalam diskusi kuliner "Japan - Indonesia Local Dessert, Culture inside an Edible Art" di Japan Foundation Jakarta mengemukakan wedang artinya "air hangat" dalam bahasa Jawa.
Sementara ronde adalah bahasa Belanda yang artinya "bulat", menggambarkan isian di dalam wedang ronde yang berwarna-warni.
"Sebelum Belanda datang namanya Wedang Guyub (keakraban). Bentuk bulat adalah simbol keakraban," kata dia di Jakarta, Kamis.
Wira menjelaskan ada tiga macam jenis wedang ronde, yakni ronde tanpa isi yang hanya terdiri dari air jahe manis, dengan isian manis ditambah kuah tawar dan isian ketan dan ubi dengan kuah gula aren atau jahe. Yang terakhir ini bisa ditemui di Bangka Belitung.
Ronde biasanya berwarna-warni. Wira mengatakan warna-warna ronde memiliki filosofi tersendiri.
Warna merah adalah keberanian, hijau merupakan karunia, putih artinya hati bersih dan air jahe adalah kehangatan, sementara rasa manis jadi simbol keberkahan.
Baca juga: Petualangan Kuliner, Apa Rasanya Kue Pai Pakai Rumus Matematika?