Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tahun Politik, Simak Tips Jitu Ajarkan Anak Toleransi

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Warga membawa atribut poster yang bertuliskan tentang pesan perdamaian pada peringatan Hari Toleransi Internasional di Bundaran HI, Jakarta, 16 November 2014. TEMPO/Dasril Roszandi
Warga membawa atribut poster yang bertuliskan tentang pesan perdamaian pada peringatan Hari Toleransi Internasional di Bundaran HI, Jakarta, 16 November 2014. TEMPO/Dasril Roszandi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia saat ini menjalani pesta demokrasi. Semakin dekat waktu pemilihan presiden, semakin intensif pula kampanye antara Calon Presiden Joko Widodo dan saingannya Prabowo. Ada berbagai macam cara kampanye kedua belah pihak. Selama masa kampanye itu, semakin banyak pula terlihat ketegangan antar pengikut dan pendukung keduanya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Tidak jarang orang mengalami perpecahan dalam menghadapi situasi kampanye yang semakin panas ini. Managing Director Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi, berbagi dua tips dalam menjaga perdamaian dengan menyebarkan semangat toleransi kepada masyarakat dan juga anak-anak.

Baca: Kisah Toleransi dari Kota Kediri

Salah satu program utama Indika Foundation adalah menyebarkan semangat toleransi. Masyarakat diharapkan sadar bahwa ragam perbedaan adalah kekayaan yang menyatukan, bukan memisahkan. Oleh karena itu, penting sekali menghormati dan menghargai tanpa diskriminasi Suku Agama Ras dan Antar Golongan (SARA). "Kami bekerja sama dengan berbagai komunitas dalam menyebarkan semangat persatuan dari begitu banyak perbedaan di Indonesia ini," kata Ayu dalam acara Kolaborasi Pendidikan antara Hijup dan Semua Murid Semua Guru dalam gerakan #KirimBudi di Jakarta 30 November 2018.

Cara pertama mengajarkan toleransi, kata Ayu, adalah dengan bertemu berbagai macam orang dengan berbeda latar belakang. Latar belakang ini meliputi latar belakang suku, agama, budaya, strata sosial, cara berpakaian, hingga perbedaan pendapat. "Kita sering diberitahu suku X orangnya jahat-jahat, orang dengan agama Y sukanya kasar. Padahal belum tentu rumor itu semuanya benar," katanya.

Managing Director Indika Foundation, Ayu Kartika Dewi. Tempo/Mitra Tarigan

Ia sering menemukan orang-orang yang baru tersadar bahwa fakta suku itu, atau agama ini, tidak sesuai dengan yang didengarnya. "Dengan kita bertemu orang yang berbeda, kita akan mengurangi prasangka buruk terhadap kelompok atau orang itu," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tips kedua yang juga berkaitan dengan tips pertama, adalah tentang pentingnya seseorang nyaman dengan perbedaan. Untuk para guru, bisa saja mereka mengajarkan murid-muridnya menerima berbagai perbedaan yang ada di lingkungannya. "Tidak usah langsung bicarakan agama atau hal yang serius, bisa saja dimulai dari hal yang sederhana," katanya.

Salah satu yang dicontohkan Ayu adalah membahas tentang perbedaan antara 'penganut' cara makan bubur. Ada orang yang makan bubur dengan cara tidak diaduk sama sekali, ada pula yang memakannya dengan diaduk terlebih dahulu hingga merata. Perbedaan pendapat cara makan bubur ini sering menjadi pembahasan utama para pecinta bubur. Sering pula kedua kelompok itu mempertahankan argumen dalam menikmati bubur dengan cara terbaiknya masing-masing. "Walau jarang ada kata sepakat, perbincangan cara makan bubur itu pasti dibahas dengan tertawa antar kedua kubu. Harapannya, pembahasan perbedaan kubu politik juga bisa dilakukan sesantai membahas cara makan bubur," kata Ayu.

Baca: Bertemu Pelajar, Ini Pesan Jokowi dan Turnbull tentang Toleransi

Dengan menerima perbedaan latar belakang, Ayu berharap, hilang pula urusan persekusi dengan alasan itu. Pada tahun politik, sering sekali kita melihat ada orang yang putus hubungan pertemanan karena berbeda kubu pendukung calon presiden. Ada pula yang sampai keluar dari grup chat di aplikasi telepon karena merasa tidak dalam satu pendapat dengan mayoritas anggota grup. "Hanya karena kamu beda cara makan bubur dengan saya kan tetap tidak perlu ada kata 'Kamu aneh banget sih cara makan bubur' atau 'kamu saya keluarkan dari grup Whats App ya karena cara makan buburnya berbeda'. Harusnya saat membahas perbedaan politik juga tidak ada persekusi itu," kata Ayu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

2 hari lalu

Ilustrasi isi kulkas. shutterstock.com
8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

Berikut deretan hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk membeli kulkas.


Cara Andien Tumbuhkan Jiwa Sosial pada Anak

8 hari lalu

Penyanyi Andien Aisyah. Foto: Instagram/@andienaisyah
Cara Andien Tumbuhkan Jiwa Sosial pada Anak

Penyanyi Andien Aisyah rajin mengajak anak-anaknya mengikuti kegiatan sosial sejak kecil untuk melihat langsung kondisi di masyarakat.


6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

9 hari lalu

Ilustrasi Ibu dan Anak. Sumber: Getty/mirror.co.uk
6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

Ketika ada masalah keluarga, penting bagi orang tua untuk memberitahu anak dengan cara yang baik dan sesuai usianya.


Kekasih David Guetta Melahirkan Anak Laki-laki, Namanya Cyan

11 hari lalu

David Guetta mengumumkan kelahiran anaknya dengan sang kekasih, Jessica Ledon pada Senin, 18 Maret 2024. Foto: Instagram/@davidguetta
Kekasih David Guetta Melahirkan Anak Laki-laki, Namanya Cyan

David Guetta mengumumkan kelahiran anaknya bersama sang kekasih, Jessica Ledon.


Program Mudik Gratis PLN Bisa Berangkat Satu Keluarga, Simak Cara Daftarnya

11 hari lalu

Sejumlah pemudik menunggu bus dalam acara Mudik Bareng PLN di Jakarta Selatan, 8 Juni 2018. Menyambut Idul Fitri 1439 Hijriah, PLN menyediakan 100 bus gratis bagi 5.300 orang untuk mudik ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Tempo/Fakhri Hermansyah
Program Mudik Gratis PLN Bisa Berangkat Satu Keluarga, Simak Cara Daftarnya

Program mudik gratis PLN digelar sejak Sabtu, 16 Maret 2024.


Anak yang Tenggelam di Kali Cirarab Tangerang Ditemukan Siang Ini, Sang Ayah Masih Dicari

12 hari lalu

Ilustrasi tenggelam di sungai/kali. northernstar.com.au
Anak yang Tenggelam di Kali Cirarab Tangerang Ditemukan Siang Ini, Sang Ayah Masih Dicari

Tim SAR gabungan akhirnya menemukan satu dari dua korban yang tenggelam di Kali Cirarab Tangerang pada Ahad siang ini, 17 Maret 2024.


Fakta Baru Kasus Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Pelaku Kerap Mengaku Nabi, Anak Dianggap Dajjal

13 hari lalu

Polisi mengungkap motif wanita bernama Siti Nurul Fazila, 26 tahun, tega membunuh anaknya, AAMS, 5 tahun.
Fakta Baru Kasus Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Pelaku Kerap Mengaku Nabi, Anak Dianggap Dajjal

Berdasarkan keterangan suami, Siti si ibu bunuh anak berperilaku aneh 2 bulan terakhir, kerap mengaku nabi dan menganggap anaknya sebagai dajjal.


Ini Isi Bisikan Gaib yang Didengar Siti Hingga Ia Membunuh Anaknya di Bekasi

14 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan menggunakan senjata tajam. shutterstock.com
Ini Isi Bisikan Gaib yang Didengar Siti Hingga Ia Membunuh Anaknya di Bekasi

Berdasarkan keterangan suami, Siti mengaku sudah kerap mendengar bisikan gaib selama dua bulan terakhir. Berujung membunuh anaknya sendiri.


Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

14 hari lalu

Seorang pria menggendong bayi di pangkuannya, saat warga Palestina yang mengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel berlindung di tenda kamp, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 14 Februari 2024 .REUTERS/Saleh Salem
Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

Ada ribuan anak yang sedang menderita penyakit komplikasi serius karena kelangkaan susu di wilayah Gaza utara.


Pelapor Khusus PBB: Lebih Banyak Anak Tewas di Gaza daripada Konflik Global dalam 4 Tahun

14 hari lalu

Anak Palestina Palestina Yazan Al-Kafarna, yang menderita kelumpuhan otak dan kekurangan gizi, terbaring di tempat tidur di pusat kesehatan Al-Awda di tengah kelaparan yang meluas, ketika konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah di Jalur Gaza selatan 2 Maret 2024. REUTERS/Yasser Qudih
Pelapor Khusus PBB: Lebih Banyak Anak Tewas di Gaza daripada Konflik Global dalam 4 Tahun

Dalam lima bulan, Israel membunuh lebih banyak anak-anak di Gaza dibandingkan dengan total anak yang tewas karena konflik global 4 tahun terakhir