TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden Nomor urut 1 Ma'ruf Amin sangat sering terlihat mengenakan sarung yang dipadukan jas. Lalu ia pun sering menggunakan kopiah ditambah sorban di lehernya. Menurutnya, pakaian yang dikenakannya dengan istilah pakaian khas Kiai Nusantara.
Baca: Ma'ruf Amin: Saya Percaya Media, Meskipun Tidak 100 Persen
Ma'ruf mengatakan jika terpilih menjadi wakil presiden kelak, dia akan tetap mengenakan pakaian khas tersebut. Ma'ruf akan tetap bersarung. Ia pun mengatakan memiliki banyak sekali sarung yang didapatnya dari seluruh nusantara. Lalu apakah Anda penasaran kapan ia mengenakan celana?
marufCalon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin tiba di Raja Ampat, Papua Barat pada hari ini, Kamis, 22 November 2018. Dok. Istimewa
"Terakhir kali saya mengenakan celana, itu sebelum menjadi Rais Aam PBNU," kata Ma'ruf Amin kepada Tempo di kediamannya, Jalan Situbondo Nomor 12, Jakarta pada Jumat, 7 Desember 2018.
Ma'ruf menjabat Rais Aam PBNU pada 2015. Kini dia menjabat Mustasyar PBNU.
Menurut dia, tidak ada yang salah dengan sarung. Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak pernah memintanya mengubah penampilan jika nanti terpilih menjadi wakil orang nomor satu di republik ini. "Sepanjang tidak ada undang-undang yang melarang, saya akan tetap bersarung," kata Ma'ruf.
Ma’ruf Amin bertemu sejumlah perwakilan masyarakat Indonesia di Singapura, di Gedung KBRI Singapura, Chatsworth Road, Singapura pada Selasa malam, 16 Oktober 2018. Acara tersebut dihadiri Dubes RI untuk Singapura, I Wayan Ngurah Swajaya itu dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, yang akan menjadi pembicara pada diskusi panel Industrial Transformation Asia-pacific (ITAP) 2018 di Singapura. Dok. Istimewa
Toh, menurut dia, selama ini Ma'ruf nyaman berpergian keluar negeri dan bertemu petinggi negara lain dengan bersarung. "Saya ketemu Perdana Menteri Singapura, Perdana Menteri Malaysia, pakai sarung," ujarnya.
Baca: Ma'ruf Amin Minta Santri Klarifikasi Isu Hoax Jokowi dan PKI
Ma'ruf Amin mengatakan ingin tercatat sebagai Wakil Presiden pertama yang mengenakan sarung sebagai pakaian dinas.