TEMPO.CO, Jakarta - Ajang Miss Universe 2018 diwarnai aksi perundungan yang dilakukan antar kontestan. Miss USA mengolok-olok Miss Cambodia dan Miss Vietnam yang dianggapnya tidak mampu berbicara bahasa Inggris di ajang Miss Universe 2018 yang diselenggarakan di Thailand, pekan ini.
Baca: Bullying Miss Universe 2018, Reaksi Miss Vietnam dan Miss Kamboja
Baca Juga:
Miss USA Sarah Rose Summers, 24 tahun, tampak bersama Miss Colombia Valeria Morales dan Miss Australia Francesca Hung dalam Instagram Live video mengolok-olok Mis Vietnam H'Hen Nie, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 14 Desember 2018.
"Dia berpura-pura tahu banyak bahasa Inggris dan setelah berbicara dan anda mengajukan pertanyaan padanya, setelah berbicara dengannya, dan dia berlalu...," ujar Summers yang kemudian meniru senyum Nie dan mengangguk-anggukkan kepalannya dan tertawa seraya berujar: "Dia menarik."
Summer juga mengomentari kemampuan berbahasa Inggris Miss Cambodia Rern Sinat. "Miss Cambodia ada di sini dan tidak bisa berbahasa Inggris bahkan tidak ada satupun yang bicara dengan bahasanya. Dapat anda membayangkan?" ejek Summer.
Miss Australia kemudian berujar: Akan sangat terisolasi, dan saya mengatakan, "Yes, hanya bingung sepanjang waktu. Kasihan Cambodia," ujarnya lagi.
Setelah kasus ini viral di media sosial, Miss USA dan kawan-kawannya sudah meminta maaf kepada Miss Cambodia dan Miss Vietnam.
Bahasa Inggris memang menjadi salah satu bahasa yang sangat dibutuhkan di dunia global saat ini. Kemahiran berkomunikasi dalam Bahasa Inggris sangat dibutuhkan di era berkembang saat ini. Salah satunya dalam bersosialisasi di dunia kerja. Bagaimana kondisi keahlian bahasa Inggris masyarakat Indonesia?
Baca: Masih Sulit Belajar Bahasa Inggris? Intip Rahasia Tompi
Sayangnya, kemampuan berbahasa Inggris masyarakat Indonesia masih rendah. Tahun ini, Indonesia menduduki peringkat ke-51 dari 88 negara di dunia, dengan penurunan skor menjadi 51,58 dari 52,14 pada tahun lalu. Skor ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-13 dari 21 negara di Asia dan berada di bawah nilai rata-rata kecakapan Bahasa Inggris kawasan Asia sendiri (53,94).
Hal itu dipaparkan dalam laporan hasil penelitian EF English Proficiency Index (EPI) atau EF EPI. Laporan ini disusun berdasarkan analisa data dari hasil tes bahasa Inggris yang dilakukan melalui tes online gratis pertama di dunia, yaitu EF SET (Standard English Test).
Penelitian ini telah menjadi sebuah kajian terbesar di dunia untuk mengukur tingkat kemahiran berbahasa Inggris orang dewasa yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris. “Negara-negara dengan tingkat kemahiran Bahasa Inggris yang tinggi, cenderung memiliki pendapatan rata-rata lebih tinggi, kualitas hidup lebih baik, serta investasi yang lebih besar dalam penelitian dan pengembangan,” jelas Dr. Tran. Minh N. Tran, Executive Director of Academic Affairs, EF Education First di Jakarta, belum lama ini.
Kemahiran berbahasa Inggris juga menunjukkan keterkaitan dengan penghasilan individu, yang diukur berdasarkan pendapatan per kapita negara-negara. Semakin tinggi tingkat kemampuan bahasa Inggris suatu negara, maka semakin besar pula rata-rata pendapatan penduduk di negara tersebut.
Dia menambahkan, bahasa Inggris semakin penting dalam interaksi yang lebih luas dan bahkan pada skala global. Ini merupakan bahasa komunikasi untuk segala jenis pertukaran internasional, baik berupa barang, layanan maupun gagasan di berbagai belahan dunia.
Baca: Jack Ma Datangi Asian Games, Intip Caranya Belajar Bahasa Inggris
Menyadari pentingnya Bahasa Inggris sebagai salah satu keahlian berkomunikasi yang perlu dimiliki pada era saat ini, EF memiliki keyakinan jika kemampuan itu harus terus dilatih sejak usia sekolah. “Agar para siswa kelak dapat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat berpartisipasi aktif dalam dunia professional,” katanya.
CHANNEL NEWS ASIA | ASIA ONE | NEWS-CBN.COM | TABLOID BINTANG