TEMPO.CO, Jakarta - Program diet Anda sukses? Berat badan impian berhasil dicapai. Waspada dengan pesta perayaan keberhasilan. Apalagi dengan acara makan-makan selama beberapa hari. Akibatnya, bisa dibayangkan, berat badan pun naik lagi dalam waktu singkat. Naik turunnya berat badan secara cepat ini disebut diet yoyo.
Baca juga: Turun 12 Kilogram dalam 2 Tahun, Ini Diet ala Ma'ruf Amin
Sejumlah praktisi kesehatan menyebut gaya hidup semacam ini tidak sehat. Rumor terbaru menyebut, diet yoyo membuat kandungan lemak dalam tubuh meningkat dan tubuh menjadi rentan terhadap radikal bebas. Benarkah?
Dalam gelar wicara "Ayo Indonesia Bergerak" di Jakarta, belum lama ini, spesialis kedokteran olahraga, dr. Michael Triangto, Sp.KO, menjelaskan, "Diet jor-joran. Setelah sukses diet, Anda makan jor-joran. Senin sampai Jumat makan jor-joran lalu Sabtu dan Minggu menebus 'dosa' dengan olahraga jor-joran. Kita merasa enggak ada yang salah. Ingat, budaya dimulai dengan keteraturan. Penurunan bobot tidak sia-sia jika dilakukan secara bertahap dan teratur."
Michael menjelaskan, orang memilih diet yoyo bisa jadi karena bosan dengan rutinitas olahraga dan mengatur pola makan yang begitu-begitu saja. Ia mengingatkan, sehat adalah investasi seumur hidup. Ada banyak cara untuk menghindari bosan misalnya intensitas olahraga diturunkan, namun durasi ditambah. Contohnya, ubah olahraga lari yang biasanya 45 menit menjadi jalan cepat dengan durasi sejam. Ini lebih baik daripada menghentikan olahraga sampai bobot melonjak.
"Bagi yang menaikkan dan menurunkan berat badan dengan cepat, kadar lemak di tubuhnya menjadi banyak. Misalnya, bobot yang semula 60 kg naik menjadi 70 kg kemudian turun lagi jadi 60 kg. Meski berat badannya sama dengan yang semula, komposisi lemaknya jauh lebih banyak dari sebelumnya. Sementara komposisi otot lebih sedikit. Orang ini akan mudah mengantuk, lelah, dan kolesterolnya naik. Selain itu, radikal bebas lebih mudah masuk ke tubuhnya," urai Michael.