TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa orang yang berniat memiliki kantor baru pada tahun depan. Saat wawancara di kantor baru nanti, sebaiknya Anda jangan menjelek-jelekan tempat kerja Anda sebelumnya.
Baca: Persaingan Kerja 2019? Intip Trik Menghadapinya ala Dion Wiyoko
Meski memiliki segudang kesan negatif, menurut konsultan karier dari Monster, Vicki Salemi, karyawan tak perlu mengatakan dengan gamblang apa saja kejelekan perusahaan lama. Untuk menarik perhatian pemberi kerja saat wawancara, yang harus ditunjukkan adalah antusiasme dan kompetensi yang dimiliki.
“Misi seorang manajer perekrutan adalah menemukan seseorang yang dapat bergerak secara mulus untuk mengisi posisi yang Anda incar. Sehingga mereka harus menemukan seseorang yang berpengalaman tinggi, memiliki kompetensi minimal untuk mengisi posisi itu, dan yang paling penting keterampilan untuk mengeksekusi pekerjaan minim konflik," ujar Salemi.
Selain itu, menurut Jobstreet dalam keterangan tertulis kepada Tempo, ada empat alasan mengapa menjelekkan perusahaan sebelumnya adalah hal tabu. Alih-alih terlihat jujur, tindakan tersebut justru dapat mengubur kesempatan diterima kerja sejak pertama kali keluar dari ruangan wawancara. Menurut para konsultan karier di Jobstreet, sangat penting bersikap jujur dan natural dalam membawa diri dan memberikan pandangan. Namun penting juga untuk tetap netral dan positif semaksimal mungkin dalam memberikan respons.
Baca Juga:
Alasan pertama para konsultan karier tidak menyarankan menjelekkan perusahaan sebelumnya adalah hal tersebut akan menciptakan kesan negatif terhadap calon karyawan. Bahkan, ketika ada pertanyaan yang terkesan"menjebak" untuk menjelek-jelekkan perusahaan sebelumnya, seorang talent yang baik akan selalu berfokus menjadi netral dan tetap membingkainya dengan cara yang positif. Misalnya, fasilitas yang minim yang diberikan perusahaan diimbangi dengan budaya kerja yang terbuka dan kreatif.
Alasan kedua yang tidak kalah penting adalah memberikan kesan bahwa si pelamar adalah tukang mengeluh, yang masih memiliki masalah dan belum terselesaikan. Hal ini tentu menumbuhkan keraguan pada perekrut terhadap kemampuan komunikasi dan interpersonal calon karyawan. Bahkan, lebih parah lagi, menurut Jobstreet, si perekrut bisa saja berpikir pelamar akan menjelekkan perusahaan dengan cara yang sama ketika suatu saat ia menemui masalah di perusahaan yang baru.
Menjelek-jelekkan perusahaan sebelumnya juga mengisyaratkan bahwa pelamar tidak mampu bersikap profesional. Talent juga akan terlihat picik dan tidak dapat dipercaya karena mengumbar kejelekan perusahaan sebelumnya atau yang saat ini masih dijadikan tumpuan. Mengumbar kebobrokan mantan atasan atau atasan sekarang dalam sesi interview kerja juga akan menjadi blunder. Sebab, tidak jarang perekrut akan mengontak atasan tersebut untuk meminta referensi.
Baca: Jangan Abaikan Kesehatan di Lingkungan Kerja, Waspada 4 Hal Ini
Alasan lainnya adalah sikap ini akan menunjukkan ketidakdewasaan emosional dan pendendam. Sikap ini akan makin jelas terlihat ketika talent menghubungkannya dengan konflik yang dialami dengan rekan sejawat atau atasan. Ketika tanpa sadar kebencian terhadap perusahaan sebelumnya terlihat dengan sendirinya, meski tanpa sengaja, hal itu akan menghancurkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan baru.
MONEY | KORAN TEMPO