TEMPO.CO, Jakarta - Libur telah tiba. Saat liburan, sering sekali masyarakat justru lebih memilih menu apapun yang dia sukai untuk dikonsumsi, tanpa memperhatikan nilai gizi. Dengan dalih wisata kuliner, masyarakat akhirnya melahap berbagai santapan lezat khas setiap daerah. Salah satu yang juga sering dilakukan adalah menegak minuman berwarna yang kebanyakan sangat manis.
Baca: Waspada Sakit Saat Liburan, Simak 3 Jurus Aman Ini
Menurut penelitian terbaru dari University of Toronto dan rumah sakit St. Michael’s Kanada, fruktosa dalam minuman manis lebih berbahaya daripada makanan yang mengandung gula alami. Fruktosa merupakan monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan merupakan satu dari tiga gula darah penting: fruktosa, glukosa, dan galaktosa. Fruktosa sering ditambahkan ke dalam makanan atau minuman untuk pemanis tambahan dalam bentuk gula pasir, gula halus, dan sirup jagung.
Fruktosa yang ditambahkan ke dalam minuman ini, menurut penelitian, berbahaya bagi kadar gula darah karena lebih berisiko memunculkan diabetes tipe 2. Namun kecenderungan serupa tidak ditemukan dalam buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami dan dikonsumsi tanpa menggunakan fruktosa tambahan. "Kandungan serat tinggi dalam buah dan sayuran memiliki fruktosa alami," kata John Sievenpiper, peneliti utama. "Itu membantu menjaga kestabilan kadar glukosa darah."
Petani mengemas sirup dari buah stroberi ke dalam wadah plastik kedap udara di Desa Babadan, Kediri, Jawa Timur. Kesulitan penjualan buah stroberi segar disiasati dengan membuka wisata Petik Buah dan juga melakukan pengolahan lanjutan buah stroberi menjadi sirup dalam kemasan kedap udara yang awet dan lebih mudah untuk dipasarkan. ANTARA/Prasetia Fauzani
Ahli gizi Emilia Achmadi mengatakan mayoritas pangkal penyakit kronis yang diidap orang-orang dewasa ini bukanlah bakteri, virus, ataupun tertular dari orang lain, melainkan ketidakdisiplinan diri dan asupan makanan yang tidak tepat. "Walaupun tidak ada keturunan diabetes, kalau sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis-manis, berisiko tinggi terkena diabetes ketimbang mereka yang memiliki keturunan diabetes tapi mampu disiplin menjaga pola makan sehat," ujar Emilia.
Disiplin menjaga pola makan, pola istirahat, dan pola latihan, kata dia, memang tidak menjamin 100 persen seseorang tak akan terkena penyakit, namun mampu meminimalkan risiko terkena penyakit. "Ketika liburan, wajib merencanakan jam tidur, apa yang akan dikonsumsi, dan merencanakan olahraga sederhana seperti berlari atau berenang."
Sementara itu, pendiri komunitas olahraga berlari Indorunners, Reza Puspo, memberikan sejumlah trik sederhana menjalani liburan menyenangkan tapi tetap bugar. "Apa yang kamu makan harus sesuai dengan apa yang kamu bakar dengan olahraga," kata dia. Karena itu, menurut Reza, penting untuk cermat terhadap jumlah kalori yang dikonsumsi seharian.
Baca: Liburan Literatif, Membaca Naskah Kuno Mahabarata di Yogyakarta
Jika dirasa terlalu rumit karena saking penuhnya jadwal, menurut dia, minimal kita berkomitmen melakukan latihan fisik tiga kali dalam sepekan. Masing-masing dilakukan minimal selama 30 menit. "Tidak harus satu jam latihan, yang penting berkomitmen, bisa dengan jalan campur lari. Lalu perhatikan betul pola makan."
MUHAMMAD KURNIANTO | DINI PRAMITA | KORAN TEMPO