TEMPO.CO, Jakarta -Aktor Chris Pratt mengumumkan rencananya menjalani diet ala puasa Daniel di Instagram Storynya. Puasa Daniel berakar dari kisah religius, yakni pola makan sederhana yang tertera di Book of Daniel dalam kitab Perjanjian Lama. Pratt mengatakan dia berencana "akan melakukan 21 hari berdoa dan puasa".
Baca juga: 3 Manfaat Super Diet Mediterania yang Diklaim Terbaik di Dunia
Dikutip Time pada Rabu, 16 Januari 2019, Richard Bloomer, dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Memphis, telah melakukan beberapa penelitian kecil tentang diet ala puasa Daniel seperti yang dilakukan Chris Pratt.
Penelitiannya mengungkapkan bahwa, setelah tiga minggu berdiet, faktor risiko untuk penyakit metabolik dan kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol dapat diturunkan, diet juga bisa mengurangi stres oksidatif, ketidakseimbangan fisik yang dapat berkontribusi pada pembentukan penyakit kronis.
Secara umum, pola makan nabati dikaitkan dengan manfaat kesehatan termasuk tingkat penyakit kronis yang lebih rendah dan umur yang lebih panjang.
Baca Juga:
"Saya pikir, itu hanya menunjukkan kekuatan makanan," kata Bloomer. "Ada banyak manfaat kesehatan potensial dari mengadopsi pendekatan ini."
Bloomer mengatakan bahwa puasa Daniel pada dasarnya adalah diet vegan, tetapi berpotensi lebih sehat karena menghilangkan fast food yang diproses dengan gula, lemak, garam dan pengawet.
"Kami tidak berpikir (manfaat kesehatan berasal dari) pembatasan protein hewani, tetapi lebih banyak berasal dari pembatasan dalam semua hal lain yang akan Anda temukan dalam makanan kemasan, serta penambahan lebih banyak makanan yang kaya nutrisi," katanya.
Meski puasa Daniel tidak secara eksplisit membatasi jumlah kalori yang dikonsumsi, Bloomer mengatakan kebanyakan orang yang melakukan diet ini akhirnya makan lebih sedikit dengan asupan makanan yang padat nutrisi dan serat daripada daging, susu, dan produk olahan.
Dia mengatakan sebagian besar orang yang puasa Daniel kehilangan lima hingga enam pound selama tiga minggu dan melaporkan manfaat lain seperti kulit yang lebih cerah, lebih banyak energi dan fokus yang lebih baik.
Wayne Jonas, seorang dokter keluarga dan direktur eksekutif Program Kesehatan Integratif Samueli di University of California, Irvine, mengatakan pembatasan kalori semacam ini - yang serupa dengan jenis puasa intermiten - tidak berbahaya, selama orang-orang masih makan cukup sampai merasa kenyang.
"Ini adalah kerangka keagamaan di sekitar proses yang sudah lama kita ketahui tentang biologis," katanya.
Jonas menjelaskan bahwa pembatasan kalori berkala tidak hanya dapat memacu penurunan berat badan, tetapi juga memicu proses seluler dan metabolisme yang meningkatkan kesehatan.
"Kami terlalu banyak menikmati kalori di negara ini, jadi dengan makan lebih sedikit, Anda akan mendapatkan manfaat kesehatan," kata Jonas. "Tubuh Anda akan memulai beberapa proses reparatif dan metabolisme yang kita tahu terkait dengan panjang umur."
Jonas mengatakan sebagian besar orang yang cukup sehat bisa melakukan puasa Daniel tanpa masalah. Namun, orang dengan kondisi kesehatan kronis - terutama mereka yang memerlukan pemantauan diet, seperti diabetes, gagal jantung kongestif dan penyakit ginjal - harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Baca juga: Kaleidoskop 2018, Ini Tren Paling Populer untuk Pria
ANTARA