TEMPO.CO, Jakarta - TEMPO.CO, Jakarta - Jika memiliki ketertarikan pada pengobatan alternatif dan percaya bahwa hidup secara langsung dipengaruhi oleh warna di sekitar, Anda mungkin cocok untuk berkarier sebagai seorang terapis warna. Meski terdengar belum umum bagi masyarakat Indonesia, pekerjaan ini ternyata telah berkembang pesat di Inggris dan dibutuhkan hampir di berbagai macam perusahaan di seluruh dunia.
Baca juga: 7 Warna Pilihan Agar Rumah Tampak Lebih Luas
Baca Juga:
Claire Bond yang merupakan seorang terapis warna bersertifikat membagikan pengalamannya pada 24 Januari 2019 di Hotel Ayana Midplaza, Sudirman, Jakarta. Untuk mendapatkan gelar sebagai seorang terapis warna, Claire harus menempuh pendidikan di sebuah universitas di Inggris selama satu tahun. Sayangnya, di Indonesia belum ada pilihan jurusan ini. “Untuk saat ini, jurusan terapi warna memang baru ada di Inggris dan umumnya memakan waktu satu tahun untuk mendapatkan gelar diploma,” kata Claire.
Saat menempuh pendidikan, seorang ahli terapi akan diajarkan bagaimana menggunakan warna untuk menciptakan kesehatan bagi tubuh seseorang. Menurut pengalaman Claire ketika lulus dengan gelar diploma, dirinya sangat dicari oleh banyak perusahaan. Hal ini dikarenakan, layaknya seorang psikolog, seorang ahli terapi warna dapat mengobati pasien yang menderita penyakit emosional dan fisik seperti depresi, sistem kekebalan yang melemah dan tekanan darah tinggi.
“Biasanya kami dipekerjakan oleh perusahaan untuk menjaga kesehatan para pekerja. Kami juga dapat membuka lapangan kerja kami sendiri dengan membuka praktik,” katanya.
Baca juga: Heboh Oxygen Regulator Medical, Apa Manfaat Terapi Oksigen?
Bagaimana dengan penghasilannya? Seorang terapis warna biasanya memberikan tarif Rb 500 ribu hingga Rp 1 juta per pasien. Secara umum, pasien yang datang per bulan pun bervariasi. “Umumnya tiga puluh hingga lima puluhan orang. Bisa dihitung sendiri perkiraan gajinya,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA