TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi dan pencipta lagu, John Mayer, akan segera melangsungkan konsernya di Jakarta pada 5 April 2019. Sebagai seorang musisi yang telah menginspirasi banyak sekali orang, khususnya pelaku industri musik Indonesia, kedatangan Mayer pasti akan disambut hangat. Ini terbukti dari ludesnya tiket konser khusus penggemar, hanya dalam beberapa menit saja, pada Jumat, 25 Januari 2019.
Baca juga: Ingin Beli Tiket Konser John Mayer? Begini Caranya
Sebelum menyambut kedatangan Mayer, berikut adalah beberapa kilas balik perjalanan karier John Mayer yang dilansir dari All Music, Biography, dan The Famous People.
1. Keluar dari universitas dan membuat grup bersama sahabatnya
Pada 1998, Mayer mengundurkan diri dari Berklee College of Music dan pindah ke Atlanta bersama sahabatnya, Clay Cook. Keduanya pun membuat sebuah band akustik bernama LoFi Masters. Band tersebut mulai tampil di kedai kopi lokal dan beberapa klub seperti Eddie's Attic. Tak bertahan lama, band tersebut dinyatakan bubar oleh karena perbedaan musik. Menurut pengakuan Cook, Mayer berkeinginan untuk bergerak lebih ke arah musik pop.
Baca Juga:
2. Memulai karier solo serta membuat EP dan Album
Setelah keduanya berpisah, Mayer pun memulai karier solonya. Dibantu oleh produser Glenn Matullo, Mayer menciptakan EP bertajuk ‘Inside Wants Out’ secara independen pada 1999. Album tersebut sukses membuat produser Gregg Latterman dari Aware Records tertarik. Aware yang kala itu bekerjasama dengan Columbia Records akhirnya membantu Mayer merampungkan album ‘Room for Squares’ pada 2001.
3. Single pada album tersebut booming
Di akhir 2002, album musik ‘Room for Squares’ menjadi populer berkat berbagai single hebat, termasuk Your Body Is A Wonderland, No Such Thing, dan Why Georgia. Single Your Body is a Wonderland bahkan membawa Mayer menjuarai kategori Best Male Pop Vocal Performance di ajang Grammy Awards pada 2003 silam.
4. Kariernya semakin menanjak dengan posisi di Billboard
Usai memenangkan Grammy Awards, Mayer merilis live album pada 2003 dan langsung sukses menduduki posisi 17 di Billboard 200. Di tahun yang sama, Mayer pun merilis album ‘Heavier Things’ yang sempat menduduki posisi pertama di US Billboard 200 chart. Salah satu rilisnya, Daughters, juga memenangkan Grammy untuk Song of the Year di tahun 2003.
5. Pindah aliran musik menjadi blues di 2005
Pada e 2005, Mayer mulai mengubah arah musiknya, dengan fokus pada genre yang pertama kali ia cintai, yaitu blues. Bekerja sama dengan musisi Pino Palladino dan Steve Jordan, Mayer membentuk band beraliran blues dan rock, John Mayer Trio. Kelompok ini merilis album live Try! yang menerima nominasi Grammy untuk Album Rock Terbaik.
6. Menang berbagai penghargaan dan termasuk dalam orang paling berpengaruh
Di album ketiganya yang diberi nama Continuum, Mayer berhasil mendapat total lima nominasi di Grammy Awards 2007, termasuk ‘Album of the Year’. Namun, ia hanya memenangkan kategori ‘Best Pop Song with Vocal’ berkat lagu Waiting on the World to Change dan Best Pop Album. Karena popularitas dan dedikasinya di industri musik dunia, Mayer bahkan sempat masuk dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia versi Time Magazine pada 2007.
7. Mengidap penyakit yang membuat albumnya ditunda
Pada 2011, ia mengetahui ada granuloma pada pita suaranya dan harus menjalani perawatan yang luas. Ini membuatnya harus menunda merilis albumnya yang bertajuk Born and Raised hingga tahun 2012. Setelah kesehatannya pulih, Mayer merekam dan mengadakan tur lagi, dan pada tahun berikutnya dia merilis albumnya yang terinspirasi Paradise Valley. Pada musim gugur 2016 Mayer merilis single "Love on the Weekend," yang menjadi single utama dari album studio ketujuh, The Search for Everything.
Baca juga: John Mayer Gagal Konser Karena Jalani Apendektomi, Apa Itu?
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | ALLMUSIC | BIOGRAPHY | THE FAMOUS PEOPLE