TEMPO.CO, Jakarta - Son Seung Won menjadi perhatian setelah mengemudi dalam keadaan di bawah pengaruh alkohol, sekitar sebulan lalu. Bukan hanya mabuk, aktor Korea yang bermain di drama Welcome to Waikiki ini juga tak memiliki surat izin mengemudi setelah izinnya dicabut dalam kasus yang sama beberapa bulan sebelumnya.
Baca: 5 Inspirasi Busana ala Drama Korea untuk Kencan Valentine
Dalam siding yang digelar di Pengadilan Distrik Pusat Seoul, Senin, 11 Februari 2019, Son Seung Won mengakui perbuatannya karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Ia juga berjanji tidak akan mengulanginya. Di persidangan, Son Seung Won mengungkapkan penyesalannya dan berjanji untuk tidak lagi ketergantungan alkohol.
Son Seung Won (Soompi)
"Saya tidak akan lagi hidup dalam ketergantungan alkohol. Saya sekali lagi menyadari tanggung jawab menjadi tokoh publik," kata dia seperti dilansir dari Soompi.
Minuman beralkohol bukan barang terlarang di Korea, tetapi konsumennya harus memenuhi syarat tertentu. Minuman ini disuguhkan dalam setiap acara berkumpul. Namun, tak semua orang jadi kecanduan seperti Son Seung Won. Kenapa bisa begitu?
Dikutip dari Psychology Today, ada beberapa faktor yang menyebabkan orang memiliki kecenderugan untuk menjadi seorang pencandu alkohol.
1. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dengan alkohol sangat berpengaruh terhadap penilaian seseorang terhadap minuman ini. Jika pengalaman sebelumnya dirasakan positif, ini dapat meningkatkan motivasi orang untuk kembali mengonsumsinya. Sebaliknya, jika pengalaman sebelumnya negatif, misalnya mual atau pengalaman tidak menyenangkan lainnya, orang akan cenderung tidak mengulanginya.
Reaksi negatifbiasanya lebih sering terjadi pada orang Asia. Dikutip dari Web MD, orang Asia umumnya memiliki enzim pencernaan yang tidak ramah alkohol seperti orang Eropa. Itu sebabnya orang Asia mengalami efek samping yang negatif, juga cenderung dapat berkembang jadi pencandu alkohol.
Sebaliknya, penduduk asli Amerika, memetabolisme alkohol lebih lambat daripada orang Eropa, memungkinkan mereka untuk minum lebih banyak sebelum merasakan efek negatifnya. Ini sebenarnya menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi.
2. Kepribadian impulsif atau labil
Orang yang memiliki kepribadian impulsif biasanya mengambil apa saja yang disediakan, meskipun ia tahu ada konsekuensi negatif setelahnya. Peminum alkohol berat biasanya lebih impulsif daripada peminum ringan atau bukan peminum. Mereka biasanya cenderung mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.
3. Stres
Orang yang mengalami stres atau tekanan tertentu bisa saja memilih minum alkohol karena dianggap dapat membantu meringankan perasaan negatif, meskipun hanay sementara.
4. Norma Sosial
Norma sosial juga mempengaruhi penilaian seseorang terhadap alkohol. Di beberapa negara atau kelompok masyarakat, alkohol digunakan pada acara tertentu dan waktu reguler. Tapi, norma yang demikian membatasi dan mengontrol penggunaan.
5. Lingkungan
Paparan hal-hal yang terkait dengan alkohol dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi minuman ini. Di sisi lain, pengaruh kebijakan finansial, seperti perpajakan, membuat minuman ini jadi kurang menarik. Sejumlah studi menunjukkan bahwa hanya dengan menaikkan harga minuman beralkohol 10 persen dapat mengurangi konsumsi alkohol hingga 7 persen.
Baca: Romance is a Bonus Book Jadi Drama Korea Perdana Lee Na Young
PSYCHOLOGY TODAY | WEB MD | SOOMPI