TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang menyangka Ani Yudhoyono akan menderita kanker darah. Istri mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono itu sebelumnya baik-baik saja. Bahkan ia sempat melakukan kunjungan ke Provinsi Aceh. Sepulang dari sanalah ia divonis memiliki penyakit ini.
Baca: Ani Yudhoyono Alami Kanker Darah, Kenali Metode Pengobatannya
Itu juga yang dialami penyintas kanker ovarium Westantri Kartikasari, 44, ketika divonis kanker Rahim pada 2017 silam. Menurutnya, ia masih beraktivitas seperti biasa. Ia hanya mengalami keputihan yang banyak, tapi tidak terlalu lama lalu menghilang.
Satu lagi, ia menstruasi hanya berupa flek. Ketika ia melakukan pemeriksaan hingga ke patologi anatomi, ia kanker ovarium yang dideritanya sudah mencapai stadium 4-A.
Itu sebabnya, perempuan yang disapa Tantri ini menyarankan setiap orang, khususnya perempuan yang lebih rawan kanker, untuk melakukan pemeriksaan sejak dini. Tanpa harus menunggu ada gejala.
“Sekarang kan banyak pemeriksaan papsmear atau inspeksi visual asam asetat (IVA), ikut saja. Karena kita tidak tahu apa yang ada di tubuh kita. Kena (kanker) atau tidak, itu rezeki masing-masing orang,” kata Tantri yang ditemui di peringatan Hari Kanker Sedunia RS Dharmais “Ribbon Cancer Awareness” di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu, 17 Februari 2019.
Semakin dini diketahui, semakin besar kemungkinan penyakit kanker disembuhkan. Tantri termasuk orang yang beruntung karena dinyatakan remisi. Remisi adalah istilah bagi pasien kanker yang telah menjalani terapi dan dievaluasi bahwa tubuhnya sudah bersih dari sel kanker.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Abdul Kadir menyatakan, sebagian besar pasien kanker yang datang ke rumah sakit ini sudah menderita stadium lanjut. Kadang-kadang disertai komplikasi.
Pada stadium ini, kanker jelas sulit diatasi. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan kanker pada stadium lanjut juga lebih besar. “Pemeriksaan deteksi dini kanker menjadi sangat penting supaya bisa menekan biaya pengobatan kanker,” kata Abdul Kadir, dalam keterangan persnya.
Baca: Obesitas jadi Pemicu Kanker pada Anak Muda?