TEMPO.CO, Jakarta - Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai serangan jantung dan angin duduk adalah salah satu penyakit yang menyumbang angka kematian terbesar di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Ade Median Ambari pada presentasinya yang diambil dari Health Sector Review dalam kurun waktu 2007 hingga 2017.
Baca: 12 Jam Genting dalam Menangani Pasien Serangan Jantung Akut
Ade mengatakan serangan jantung sendiri terjadi ketika pembuluh darah mengalami penyumbatan sehingga aliran darah yang menuju ke jantung terhenti. “Walaupun awalnya hanya mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati, hal tersebut dapat dengan cepat memberhentikan seluruh kerja darah di tubuh,” katanya dalam acara Optimalisasi Pelayanan Publik terhadap Pasien SKA pada 18 Februari 2019.
Itu sebabnya, sangatlah penting untuk mengetahui faktor apa saja yang meningkatkan risiko serangan jantung, sehingga dapat dihindari. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah merokok. Menurut data yang dimiliki PERKI, 76 persen masyarakat di Indonesia adalah seorang perokok. Sayangnya, 67 persen dari pasien serangan jantung adalah perokok. “Kalau bisa memang sebaiknya rokok dihindari supaya tidak menyumbang semakin banyak pasien SKA,” kata Ade.
Selain merokok, faktor risiko lain adalah gangguan lemak atau kolesterol tinggi. Dalam hal ini, lemak akan mengendap dan menempel di dalam dinding pembuluh darah. Jika lemak terus bertambah, ini akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengakibatkan serangan jantung. “Karena penyempitan pembuluh darah itu sebenarnya sudah berlangsung lama, bisa lebih dari 10 tahun. Jadi kalau sejak muda suka makan fast food, hati-hati dampaknya nanti saat tua,” katanya.
Baca: Begini Cara Menolong Orang yang Kena Serangan Jantung
Ade juga menyebut hipertensi dan diabetes sebagai penyebab lain dari serangan jantung. Hipertensi atau darah tinggi sendiri, akan memaksa pembuluh darah koroner untuk terus meregang. “Lambat laun, tekanan tambahan ini dapat melemahkan dinding arteri sehingga membuatnya lebih rentan terhadap pembentukan plak yang semakin mempersempit pembuluh darah penyebab serangan jantung,” katanya. Sedangkan untuk diabetes, glukosa berlebih yang mengalir dalam darah lama-kelamaan akan merusak pembuluh darah dan membuatnya menjadi kaku. “Ketika kaku, dia secara tidak langsung akan menghambat aliran darah dan berdampak buruk,” katanya.