TEMPO.CO, Jakarta - Model dengan tubuh berisi dan berlekuk memang belum mendapatkan tempat banyak di industri mode dunia. Desainer rumah mode Chanel, Karl Lagerfeld, pada 2009 pernah mengatakan tidak ada yang ingin melihat model bertubuh berisi. "Ini adalah mumi gemuk yang duduk dengan tas keripik di depan televisi, mengatakan bahwa model kurus jelek," kata Lagerfeld dalam sebuah wawancara dengan majalah Focus pada 2009.
Baca: Desainer Haute-Couture Jerman Karl Lagerfeld Meninggal Dunia
Ia sempat menambahkan bahwa dunia mode itu semua harus dilakukan dengan mimpi dan ilusi. "Dan tidak ada yang ingin melihat wanita gemuk".
Sebelumnya, legenda mode Karl Lagerfeld meninggal dunia dalam usia 85 tahun seperti dilansir Sky News. Direktur kreatif merek Chanel ini menghembuskan napas terakhir di American Hospital di Paris setelah mendapatkan perawatan sehari sebelumnya. Kepergiannya merupakan sebulan lebih setelah dia tidak jadi menyapa para penintin di akhir peragaan busana Chanel di paris karena merasa lelah
Karl Lagerfeld dikenal sebagai desainer yang sangat menyukai model kurus.
Ia pun berpenampilan hampir kurus beberapa tahun yang lalu dengan menurunkan berat badan ketika ia menjalani diet rendah karbohidrat yang ketat. Dia terus membagikan tips dietnya selama bertahun-tahun, dengan menyatakan: "Saya hanya suka hal-hal yang boleh saya makan, jadi saya tidak harus menghindari apa pun, jadi saya tidak menambah berat badan."
Tapi, setahun kemudian, dia terpaksa menjilat ludahnya sendiri. Crystal Renn, model bertubuh tidak kurus alias plus-size, menjadi ikon baru Chanel. Tapi, dalam iklan yang termuat di berbagai majalah mode, hanya bagian kepala hingga pundak Renn yang terlihat.
Tubuh ideal perempuan memang lebih sering menjadi perdebatan ketimbang laki-laki. Pada era Renaissance, laki-laki dianggap bertubuh sempurna. Sebab, menurut kitab suci, Adam merupakan citra Allah. Sedangkan Hawa bisa dibilang produk turunannya. Pada zaman itu juga badan perempuan dianggap berbahaya dan bisa menginspirasi keinginan berbahaya.
Jadi, tidak mengherankan bila lukisan bergaya Renaissance menggambarkan perempuan dengan tubuh berlekuk dan sensual. Payudaranya penuh dan berkulit putih mulus. Konsep ini berlangsung lama. Sampai awal 1920-an, ketika muncul musik jazz, penampilan perempuan pun berubah. Tubuh kurus, rambut pendek, dan pamer kaki lebih digemari. Depresi Hebat dan Perang Dunia semakin mendorong konsep tubuh kurus tersebut.
Baca: Karl Lagerfeld, perancang mode Chanel, meninggal di usia 85 tahun
Namun, seperti juga mode, siklus berulang. Industri mode mulai memahami target konsumen mereka sebenarnya. Di Amerika Serikat, pakaian ukuran nol hingga delapan tidak laku lagi sejak negara itu mengalami krisis obesitas di awal 2000. Sekitar 30 persen kekuatan membeli ada di perempuan berukuran di atas 14. Chanel dan Dolce & Gabanna tidak lagi berhenti di ukuran delapan. Retailer asal Swedia H&M pada Februari lalu membuat lini khusus wanita plus-size. Desainnya, tidak berbeda dengan ukuran kecil. Perempuan berlekuk bisa memakai kemeja putih ketat tanpa takut terlihat gemuk. Jins pun ada yang bisa membuat pinggul dan kaki jadi lebih kurus.
KORAN TEMPO | GUARDIAN