TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pasien kanker di Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Pilihan terbanyak adalah Singapura dan Malaysia. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, apakah paramedis di Indonesia tidak mampu menyembuhkan kanker sacara paripurna?
Baca juga: Deteksi Dini Kanker, Jangan Tunggu Ada Gejala
Pertanyaan itu dijawab Dr. dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD, KHOM, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ia menegaskan, rumah sakit di Indonesia sebenarnya sanggup menangani kanker stadium berapa pun. Masalahnya, Indonesia terdiri banyak pulau.
"Maaf untuk rumah sakit di daerah tertentu memang ada keterbatasan. Namun kita memiliki rumah sakit rujukan misalnya di Surabaya, Makassar, Bandung, dan Semarang,” kata dia kepada tabloidbintang.com.
Selain itu, kemampuan para dokter di Indonesia berjenjang dari dokter umum, spesialis, hingga konsultan. “Untuk pendalaman, mereka harus mengambil pendidikan yang lebih spesifik," ujar Cospihadi.
Cospihadi mengakui, menangani kanker memang tidak mudah. Untuk mengecek dengan detail perkembangan sel-sel kanker, butuh alat yang sangat canggih. Bisa jadi, Indonesia baru punya alat sangat canggih di rumah sakit di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Selain itu, hubungan dokter dan pasien melibatkan kepercayaan serta kesediaan melewati proses. Semua proses penanganan kanker di dunia sama. Maukah pasien dan keluarga percaya dokter lokal?
Ia mencontohkan, Leukemia Myelogenous Akut (AML), jenis leukemia yang sering menimpa pasien usia 50 tahun ke atas, dan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) yang menjangkit pada anak-anak. Proses pengobatannya mengondisikan pasien kanker menjalani kemoterapi, transplatasi, dan lain-lain tapi tetap ada kemungkinan kambuh 50 persen. ALL kemungkinan sembuhnya lebih tinggi.
“Dibutuhkan kepercayaan tingkat tinggi antara dokter dan pasien untuk melewati proses ini," ujar Cosphiadi. Mungkin, itulah yang membuat pasien kanker memilih berobat ke luar negeri.
Baca juga: Selebriti Dunia yang Menjadi Penyintas Kanker Darah