TEMPO.CO, Jakarta - Kami bertanya kepada komika Ernest Prakasa, lebih enak jadi produser atau sutradara? Ernest mengakui jadi produser lebih santai, tidak sesibuk sutradara. Sementara enaknya jadi sutradara, bisa mengatur sistem produksi sesuai kemauan. Mengingat sutradaralah yang punya visi soal skenario.
Baca: Imlek 2019, Ernest Prakasa Boyong Keluarga ke Bandung
“Jadi tugas saya sebagai produser, menjaga agar sutradara bisa mewujudkan skenario lewat berbagai hal, dari memandu biaya produksi hingga mencarikan pemain yang tepat. Jadi produser tidak sepusing sutradara, tapi ada kalanya saya merasa lebih nyaman jadi sutradara,” Ernest Prakasa menceritakan.
“Ghost Writer yang bergenre horor komedi bukan bentuk protes saya karena 3 tahun terakhir film horor mewabah. Memang tren mengarah ke sana. Nanti akan surut sendiri. Prediksi saya tahun ini dan tahun depan akan terjadi penurunan jumlah produksi film horor.”
Beberapa bulan lalu, Ernest Prakasa menemukan ide cerita menarik yang dikembangkan menjadi skenario bersama Nonny Boenawan dan Bene Dion Rajagukguk. Judulnya, Ghost Writer. Bulan ini, syuting Ghost Writer dimulai. Bene jadi sutradara sementara Ernest duduk di kursi produser.
Membaca naskah Ghost Writer memudarkan trauma Ernest. Ia kemudian mencari penyebab kegagalan The Underdogs. “Saya belajar dari kegagalan itu. The Underdogs bertema fenomena YouTube. Para pencinta YouTube, istilahnya, tidak perlu bayar untuk menonton YouTube.
Baca: Debat Capres, Ernest Prakasa Berharap Kedua Kubu Saling Serang
Saat pesohor YouTube difilmkan, mungkin orang berpikir, masa mau melihat idola YouTube harus keluar rumah dan membeli tiket. Ini analisis pribadi saya. Bisa jadi salah. Bukan berarti saya kapok merekrut YouTuber untuk main film, ya,” kata aktor kelahiran 29 Januari ini.