TEMPO.CO, Jakarta - Perpisahan dengan orang tua di tahun-tahun pertama pertumbuhan anak ternyata bisa menimbulkan trauma. Dampaknya baru terlihat ketika anak beranjak dewasa. Mereka jadi sulit mengekspresikan emosi, tidak bisa bergaul, atau mengalami kecemasan berlebihan.
Baca: Trik Menjawab Pertanyaan Sulit Anak, Jangan Berpikir Rumit
Hal itu diungkapkan dalam studi terbaru Fakultas Psikologi Universitas Houston, Amerika Serikat. Para peneliti menyimpulkan, trauma yang disebabkan oleh perpisahan dengan orang tua bisa menjadi pemicu berbagai gangguan di kemudian hari, namun penanganan dini bisa mengobatinya.
Asisten profesor Fakultas Psikologi Universitas Houston, Dr. Johanna Bick Ph.D, mengatakan, jika anak-anak tidak mendapatkan respons emosional atau stimulasi kognitif yang dibutuhkan (yang seharusnya didapat dari orang tua), akan ada efek negatif pada otak dan perkembangan perilaku anak. Respons itu biasanya didapat dari orang tua, entah orang tua sebenarnya tinggal bersama anak atau tidak.
Johanna Bick mengatakan pengalaman trauma yang dialami anak yang berpisah atau jarang bertemu dengan orang tuanya dapat termanifestasikan kelak di kehidupan mereka sebagai orang dewasa yang kesulitan mengekspresikan emosi, tidak bisa bergaul, atau kecemasan berlebihan.
Bagaimana dengan anak-anak yang kedua orang tuanya harus bekerja? Tidak masalah jika orang tua dibantu pengasuh dalam mengurus anak di jam kerja. Namun untuk menghindarkan efek jangka panjang dari perpisahan anak dengan orang tua, para pengasuh juga harus dididik agar mampu mengajarkan anak tentang kemampuan menghadapi stres dan selalu waspada dengan gejala-gejala gangguan perilaku anak.
“Ini adalah hubungan timbal balik antara anak dan pengasuh yang dapat membantu anak membangun kemampuan yang mereka butuhkan kelak di kemudian hari, sehingga anak tidak terus-terusan bergantung pada pengasuh,” kata Johanna Bick.
Hal yang tidak boleh dilupakan, meski anak diasuh oleh seseorang yang sangat bisa dipercaya, seperti nenek dan kakeknya sendiri, orang tua tetap harus melakukan interaksi yang intensif dengan anak. “Interaksi dengan orang tua seringkali membantu anak dalam mengembangkan (kemampuan) pengaturan diri yang mereka butuhkan,” ujar Johanna Bick.