TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit pebisnis di bidang kuliner yang harus mengalami kebangkrutan. Hal disampaikan oleh Andrew Ryan Sinaga selaku CEO Foodizz. Menurut data yang dipaparkan Andrew, 90 persen bisnis kuliner bangkrut. Lebih dari itu, 99 persen dari angka kebangkrutan itu terjadi ketika memiliki cabang lebih dari satu outlet.
Baca: Mengapa 90 Persen Bisnis Kuliner di Indonesia Bangkrut
Lantas, bagaimanakah cara agar pemula di bidang ini dapat bertahan menghadapi pasar? Menurutnya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah pengetahuan yang lengkap akan bisnis kuliner itu sendiri. “Banyak pebisnis kuliner yang hanya sekedar melakukannya tanpa pengetahuan yang cukup. Mereka tidak dibekali dengan cara mengelola bisnis yang baik sehingga bangkrut,” katanya dalam acara BizTalk Indonesian Foodpreneur di Ruang dan Tempo, Jakarta Selatan 14 Maret 2019.
Selain itu, Andrew mengatakan bahwa kebangkrutan juga disumbang oleh hubungan yang tidak luas dengan orang-orang yang mampu membantu usaha tersebut berkembang. “Network dan link dengan orang-orang yang membutuhkan barang dan jasa Anda sangatlah penting. Dalam sebuah acara yang mereka gelar, misalnya. Anda akan mendapat peluang untuk diajak dalam menyediakan makanan jika Anda mengenal mereka,” katanya.
Rex Marino selaku Founder dan CEO CRP Group juga menambahkan bahwa membaca pasar juga sangat penting. Menurutnya, seorang pebisnis di bidang kuliner harus mengerti apa yang sedang dibutuhkan masyarakat. “Contohnya dulu pas saya buka warunk upnormal. Saya mengikuti pasar dimana anak muda kebanyakan memiliki gaya hidup nongkrong dengan wifi dan colokan. Mereka juga kantongnya tipis. Sehingga saya jualan kopi dan mie, plus menyediakan wifi dan colokan itu,” katanya.
Baca: Sibuk Bisnis Kuliner, Bagaimana Ussy Sulistiawaty Usir Penat?
Memiliki kelebihan juga sangat penting menurut Rex. Ia menyebut bahwa saat ini, penjual makanan dengan produk yang sama sangatlah banyak. Agar dapat bertahan di industri kuliner, ia pun menyarankan untuk menunjukkan kelebihan yang membuat orang akan memilih produk Anda dibandingkan dengan produk kompetitor. “Waktu saya buka nasi goreng mafia, di sebelah saya ada 13 gerai penjual nasi goreng juga. Dikala yang lain bermain topping, saya bermain ingredients sehingga orang lebih memilih nasi goreng saya,” katanya.