Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teror di New Zealand, Bagaimana Menjawab Pertanyaan Anak?

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Ilustrasi anak laki-laki bercerita pada ibunya. cdn.com
Ilustrasi anak laki-laki bercerita pada ibunya. cdn.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan aksi terorisme di New Zealand atau Selandia Baru yang terjadi Jumat, 15 Maret 2019, muncul di hampir semua media. Anak-anak, dengan naluri keingintahuannya yang besar, kemungkinan besar akan bertanya tentang peristiwa itu. Bagaimana cara menjawab dan menjelaskan soal terorisme pada anak-anak?

BacaDuka Atlet Muslim New Zealand Soal Penembakan di Christchurch

Orang tua umumnya tidak mengharapkan obrolan tentang aksi terorisme dengan anak-anak yang masih polos. Namun jika anak bertanya, maka orang tua tidak boleh mengabaikan agar anak mendapatkan informasi yang benar dan tidak menyimpang.

“Kita semua mencari cara untuk menjelaskan sesuatu yang terasa tidak mungkin dijelaskan –karena kita tidak begitu memahaminya,” kata Susan Stiffelman, terapis perkawinan dan keluarga, psikoterapis berlisensi, sekaligus penulis buku-buku parenting asal California, AS. Bagaimana caranya.

1. Cari Tahu Dahulu Apa yang Sudah Anak Ketahui

Anda mungkin terkejut dan heran dari mana anak bisa mendengar soal terorisme. “Anak-anak sangat intuitif dan tanggap,” kata pakar parenting dan pertumbuhan anak, Denise Daniels, yang pernah membantu anak-anak yang mengalami tragedi 9/11, Badai Katrina, dan Tsunami 2004 di Aceh.

“Jika tidak mendengarnya dari televisi, bisa jadi mereka mendengar dari temannya. Mereka juga bisa melihat jika orang tuanya mungkin lebih serius menyimak berita televisi dari biasanya. Meski mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka tetap merasakan ada sesuatu yang penting sedang terjadi. Mendapatkan informasi (soal apa yang sedang terjadi, misalnya terorisme) akan membantu mereka keluar dari kebingungan,” kata Denise Daniels.

Jangan defensif ketika anak bertanya tentang sesuatu yang menurut Anda masih di luar jangkauan mereka, misalnya soal terorisme. Justru sebaiknya Anda mencari tahu lebih dahulu, apa yang mereka ketahui soal terorisme.

“Katakan, ‘Kamu mungkin sudah mendengar sesuatu yang sangat menyedihkan terjadi dan ibu ingin tahu apa saja yang sudah kamu dengar’,” Susan Stiffelman menyontohkan. Dengan bertanya seperti ini, Anda bisa menakar sejauh apa informasi yang bisa Anda berikan kepada anak.

2. Jelaskan dengan Sederhana

Usahakan agar Anda menjelaskan dengan bahasa dan kata-kata yang sederhana dan mudah dicerna anak. Untuk anak usia 4 tahun Anda mungkin bisa menjelaskan dengan menyederhanakan situasi menjadi hitam-putih. “Karena secara perkembangan, anak di usia itu baru bisa mencerna soal orang baik dan orang jahat, dan tidak ada yang terletak di antaranya,” kata Denise Daniels.

“Anda bisa mengatakan, ‘Ya, ada orang-orang jahat dan mereka melukai orang baik karena mereka sangat marah, dan kita tahu kan kita tidak boleh menyakiti diri sendiri ataupun orang lain hanya karena kita merasa marah.’ Biarkan penjelasannya sesederhana mungkin,” Denise Daniels memberikan contoh.

3. Masukkan dengan Logika Anak Lewat Pengalaman Pribadi

Agar lebih mudah dipahami anak, relasikan kejadian terorisme itu dengan pengalaman yang pernah dirasakan dan bisa dimengerti anak. “Kamu tahu kan ketika kamu berkelahi dengan temanmu karena menginginkan mainan sama dan hanya satu orang yang bisa mendapatkannya? Orang-orang biasanya bisa menjadi marah ketika tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan atau ketika sesuatu yang amat dicintainya terluka, dan ini adalah beberapa alasan mengapa orang terlibat dalam perkelahian besar,” kata Denise Daniels.

4. Hindari Penjelasan Soal Agama, Politik, dan Topik Berat Lain

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penjelasan yang mengait-ngaitkan soal agama, politik, suku, dan lain sangat tidak relevan dengan pemikiran anak-anak, kecuali Anda menjelaskan kepada anak yang mulai beranjak remaja. “Anak-anak bersifat sangat egosentris dan mereka hanya ingin tahu bahwa mereka baik-baik saja dan orang-orang di sekitar mereka pun demikian,” bilang Susan Stiffelman.

“Pada dasarnya, minimalisasi (topik soal agama dan politik). Tekankan bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ada orang yang terluka dan terbunuh, namun masih ada orang-orang yang peduli pada mereka dan kita dalam kondisi yang sangat aman. Itulah pesan utama yang harus Anda sampaikan,” lanjut Susan Stiffelman.

5. Dorong Mereka Mengekspresikan Perasaannya

Ini juga saatnya Anda melatih anak untuk berempati. Biarkan mereka mengekspresikan apa yang mereka rasakan ketika mendengar perihal terorisme ini. Bantu anak memahami perasaan mereka. Tanyakan apakah anak merasa sedih, marah, atau takut saat mendengar kabar itu.

“Yang kita coba lakukan adalah membantu anak untuk mengatasi dan memahami apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan pada saat itu. Namun sebenarnya kita juga bisa mengajarkan mereka strategi mengatasi (situasi emosional) yang bisa berguna seumur hidup,” kata Denise Daniels. “Anak-anak kecil harus mengenal kosakata untuk menyebut apa yang mereka rasakan,” imbuhnya.

6. Buat Mereka Merasa Tenang

Terkadang anak mungkin akan mengekspresikan kekhawatiran mereka lewat pertanyaan seperti, “Apakah aku akan baik-baik saja?”, “Mengapa orang-orang itu melakukan hal seburuk itu?”, “Apakah hal itu juga bisa terjadi di sini?” Wajar jika anak merasa marah, sedih, dan takut saat mendengar soal terorisme.

Namun Anda harus memastikan bahwa mereka tetap merasa aman dan nyaman bersama Anda sehingga tidak muncul perasaan trauma. Anda bisa menekankan pada anak bahwa meski di dunia ini ada orang-orang jahat, namun masih banyak orang baik, dan kita harus menjadi salah satu dari orang baik di dunia.

7. Tunjukkan Pula Sikap Tenang

Ketika Anda menginginkan anak tetap bersikap tenang dan tidak menjadi trauma setelah mendengar berita dan penjelasan soal terorisme, Anda sendiri juga harus menunjukkan sikap yang tenang.

Baca5 Pilihan Olahraga Alam yang Harus Dicoba di New Zealand

“Anak-anak kita akan mengamati kita dengan sangat berhati-hati untuk menentukan bagaimana seharusnya perasaan mereka tentang hal ini (terorisme),” kata Susan Stiffelman. “Karena terorisme adalah ide yang abstrak, anak-anak kecil biasanya akan terpengaruh dengan apa yang kita lakukan dan ekspresikan,” tutur Susan Stiffelman. 

TABLOIDBINTANG.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

2 hari lalu

Seorang tersangka penyerangan penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus dikawal di dalam pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov
Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

Juru bicara Kremlin menepis adanya kegagalan dinas keamanan Rusia dalam mencegah penembakan di Moskow.


Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

3 hari lalu

Saidakrami Murodali Rachabalizoda, tersangka penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus, duduk di balik dinding kaca kandang terdakwa di pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov
Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang


Beredar Video Interogasi Brutal Empat Pria Tersangka Serangan Moskow

3 hari lalu

Seorang tersangka penyerangan penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus dikawal di dalam pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov
Beredar Video Interogasi Brutal Empat Pria Tersangka Serangan Moskow

Video interogasi brutal empat tersangka serangan Moskow yang belum terverifikasi beredar luas, salah satu tersangka ada yang menggunakan kursi roda.


Cara Andien Tumbuhkan Jiwa Sosial pada Anak

7 hari lalu

Penyanyi Andien Aisyah. Foto: Instagram/@andienaisyah
Cara Andien Tumbuhkan Jiwa Sosial pada Anak

Penyanyi Andien Aisyah rajin mengajak anak-anaknya mengikuti kegiatan sosial sejak kecil untuk melihat langsung kondisi di masyarakat.


6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

8 hari lalu

Ilustrasi Ibu dan Anak. Sumber: Getty/mirror.co.uk
6 Tips Memberi Tahu Anak soal Masalah Keluarga

Ketika ada masalah keluarga, penting bagi orang tua untuk memberitahu anak dengan cara yang baik dan sesuai usianya.


Sestama BNPT Ajak Seluruh Pihak Dukung Pembaharuan Perpres RAN PE

9 hari lalu

Sestama BNPT Ajak Seluruh Pihak Dukung Pembaharuan Perpres RAN PE

Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Bangbang Surono, mengharapkan dukungan dari semua pihak agar pembaharuan Perpres RAN PE bisa berjalan dengan lancar.


Kekasih David Guetta Melahirkan Anak Laki-laki, Namanya Cyan

10 hari lalu

David Guetta mengumumkan kelahiran anaknya dengan sang kekasih, Jessica Ledon pada Senin, 18 Maret 2024. Foto: Instagram/@davidguetta
Kekasih David Guetta Melahirkan Anak Laki-laki, Namanya Cyan

David Guetta mengumumkan kelahiran anaknya bersama sang kekasih, Jessica Ledon.


Anak yang Tenggelam di Kali Cirarab Tangerang Ditemukan Siang Ini, Sang Ayah Masih Dicari

11 hari lalu

Ilustrasi tenggelam di sungai/kali. northernstar.com.au
Anak yang Tenggelam di Kali Cirarab Tangerang Ditemukan Siang Ini, Sang Ayah Masih Dicari

Tim SAR gabungan akhirnya menemukan satu dari dua korban yang tenggelam di Kali Cirarab Tangerang pada Ahad siang ini, 17 Maret 2024.


Fakta Baru Kasus Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Pelaku Kerap Mengaku Nabi, Anak Dianggap Dajjal

12 hari lalu

Polisi mengungkap motif wanita bernama Siti Nurul Fazila, 26 tahun, tega membunuh anaknya, AAMS, 5 tahun.
Fakta Baru Kasus Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Pelaku Kerap Mengaku Nabi, Anak Dianggap Dajjal

Berdasarkan keterangan suami, Siti si ibu bunuh anak berperilaku aneh 2 bulan terakhir, kerap mengaku nabi dan menganggap anaknya sebagai dajjal.


Ini Isi Bisikan Gaib yang Didengar Siti Hingga Ia Membunuh Anaknya di Bekasi

13 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan menggunakan senjata tajam. shutterstock.com
Ini Isi Bisikan Gaib yang Didengar Siti Hingga Ia Membunuh Anaknya di Bekasi

Berdasarkan keterangan suami, Siti mengaku sudah kerap mendengar bisikan gaib selama dua bulan terakhir. Berujung membunuh anaknya sendiri.