TEMPO.CO, Jakarta - Jalan-jalan, belanja, lalu dapat uang, siapa yang tidak mau? Itu bisa Anda wujudkan dengan melakoni bisnis penyedia layanan jasa titip atau jastip. Biasanya, layanan ini banyak dimanfaatkan untuk berbelanja di luar negeri.
Baca: Hobi Belanja Online, 5 Simak Tips Penting Beli Elektronik
Layanan jastip muncul karena masyarakat kesulitan mendapatkan suatu produk. Jarak, waktu, dan biaya manakala ingin berbelanja suatu produk yang lokasinya jauh dari tempat tinggalnya, apalagi luar negeri, sering menjadi kendala.
Itulah yang dirasakan Yunita Hayashi yang tinggal di Jakarta. Perempuan berusia 30 tahun itu mengaku kesulitan mencari barang yang hanya dijual di luar negeri dan tidak masuk pasar Indonesia.
Ia mencontohkan baju yang ingin dibelinya hanya ada di Thailand. Tapi, Yunita tentu akan banyak mengeluarkan uang untuk pergi langsung ke Negeri Gajah Putih sekadar membeli pakaian.
Yunita mengaku alternatif membeli pakaian itu di toko pada situs layanan jual-beli dalam jaringan (online) punya kelemahan tentang kualitas barang yang ditawarkan. Maka, cara yang ditempuh adalah menitip ke temannya yang akan melancong ke Thailand.
"Kalau ke Thailand misalnya, ongkos perginya justru malah lebih mahal dibanding harga baju yang dijual. Tentu saya lebih memilih jastip," ujar Yunita kepada Antara, Kamis, 21 Maret 2019.
Bukan hanya menikmati jasa, pengalaman sebagai penyedia jastip pun telah dijalani Yunita ketika jalan-jalan ke luar negeri. Sejumlah teman Yunita menitip barang, terutama untuk produk yang tidak tersedia di dalam negeri.
Fathia Uqimul (23), warga Bandung, mengaku sangat diuntungkan dengan layanan jastip.
"Biasanya, biaya yang dikenakan tergantung dari harga barang. Misal, pakaian seharga Rp100 ribu maka jasa titipnya Rp20 ribu. Tapi, harga itu juga tergantung dari kemampuan kita untuk menawar," katanya.
Interaksi yang dilakukan pun dapat disaksikan langsung melalui aplikasi panggilan video. Setelah barang yang diminta telah ditemukan jastipers, pembeli dan penjual menyepakati ongkos jasa dan ongkos kirim.
Bukan hanya sebagai pembeli, Fathia juga merasakan keuntungan sebagai penyedia jastip saat berbelanja di sebuah jaringan ritel yang menjual aneka ragam barang di Bandung.
Fathia mengunggah foto cerita lewat Instagram saat berada di toko itu. Permintaan penitipan barang berupa alat kosmetik, aksesoris hingga tas kecil, dari lingkungan pertemanan di media sosial itu pun muncul satu-per-satu.
Dalam sekali jastip, dia meraup keuntungan hingga ratusan ribu rupiah. Fathia bahkan tidak perlu mengeluarkan uang untuk barang yang dibelinya karena telah terbayar dari hasil biaya jastip.
"Pertama kali dapat Rp200 ribu. Itu bersihnya, bukan plus ongkos kirim," kata dia.
Ongkos jastip ini bukan menjadi satu-satunya pendapatan utama para jastipers. Fathia mengaku punya keuntungan lain yang bisa diperoleh seperti voucher belanja, diskon, dan "cash back" lantaran belanja dalam jumlah besar.
Baca: Pembeli Paling Sering Belanja Online Saat Istirahat Makan Siang
ANTARA