Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beda Kejang Epilepsi dengan Kejang Demam, Bagaimana Mengatasinya?

Reporter

Editor

Mila Novita

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk
Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian anak mengalami kejang ketika demam tinggi. Ini terjadi sebagai respons dari otak akibat perubahan suhu tubuh. Gejalanya beragam, mulai dari yang ringan seperti melotot hingga otot kaku dan gerakan tubuh menghentak-hentak. Tapi ternyata bukan hanya karena demam, kejang juga terjadi karena epilepsi.

Baca: 

Aturan Menyembuhkan Epilepsi Lewat Operasi, Tak Boleh Sembarangan

Epilepsi merupakan gangguan di otak akibat aktivitas listrik yang tiba-tiba dan berlebihan. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas normal sel-sel saraf di otak sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat sementara.

Sama-sama kejang, lalu apa bedanya kejang karena demam dan epilepsi? Dr. dr. Setyo Handryastuti, Sp.A (K) mengatakan, meski sama-sama kejang, ada hal yang membedakan keduanya.

“Kalau kejang demam didahului dengan suhu tubuh tinggi, sedangkan kejang karena epilepsi tidak. Anak bisa saja sedang bermain lalu tiba-tiba kejang,” kata dia dalam bincang-bincang “Daily Problems every Parents Need to Know: Chapter 1 di Sekretariat Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, Jakarta, Sabtu, 6 April 2019.

Tapi, tak semua kejang tanpa demam disebut dengan epilepsi. Handry mengatakan, kejang disebut dengan epilepsi ketika terjadi dua episode atau lebih dalam interval lebih dari 24 jam.

Tapi gejala epilepsi tidak hanya kejang, tapi beragam, tergantung lokasi sel-sel saraf yang mengalami gangguan. Jadi, bukan hanya kaku dan menghentak-hentak disertai mulut berbusa. Pada bayi, misalnya, gerakannya bisa seperti memeluk atau membungkuk. Bisa juga seperti menggenggam kedua lengan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada anak bentuknya lebih banyak lagi. Epilepsi bisa berupa hilangnya kesadaran secara tiba-tiba seperti orang bengong atau kurang merespons terhadap sesuatu, hingga terjatuh tiba-tiba, panik, marah, atau ketakutan tanpa alasan yang jelas.

Lalu, apa yang harus dilakukan pada anak epilepsi? “Jangan panik karena kalau sudah panik jadi tidak bisa melakukan apa-apa,” kata Handry.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah baringkan anak di tempat datar, lalu miringkan ke satu sisi. “Dimiringkan agar jika ia mengeluarkan liur, tidak masuk ke kerongkongan dan menyebabkan tersedak,” ujar dia.

Selanjutnya, ganjal kepala dengan sesuatu yang lunak. Berikan obat epilepsi melalui rektal atau lubang dubur untuk menghentikan kejangnya.

“Jangan beri minum agar tidak tersedak. Selain itu, jangan memasukkan sendok atau benda lain ke mulut, nanti bisa merusak gigi. Jangan takut ia akan menggigit lidahnya sendiri,” kata Handry.

Baca: Tindakan Salah Ini Sering Dilakukan Saat Menolong Pasien Epilepsi

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Penyebab Gejala Demensia pada Lansia dan Cara Mengatasinya

1 hari lalu

Ilustrasi demensia/Alzheimer. Wisegeek.com
Penyebab Gejala Demensia pada Lansia dan Cara Mengatasinya

Mengenal gejala demensia pada lansia, penyebab dan cara mengatasinya. Langkah penting dalam mendiagnosis dan mengelola kondisi ini dengan baik.


Mimpi Aneh Saat Demam, Apa Itu Fever Dream?

2 hari lalu

Ilustrasi anak tidur/mimpi buruk. Shutterstock.com
Mimpi Aneh Saat Demam, Apa Itu Fever Dream?

Mimpi yang sangat intens saat sakit atau demam kecenderungan kondisi fever dream


Demam usai Imunisasi Itu Wajar, Ini yang Perlu Dapat Perhatian Lebih

3 hari lalu

Petugas kesehatan memberikan vaksin polio kepada anak balita saat mendatangi salah satu rumah warga di wilayah terluar, Desa Lampuyang Pulau Beras, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa 6 Desember 2022. Pemerintah menargetkan pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi (PIN) Polio di provinsi Aceh tersebut tuntas dalam waktu sebulan dengan menyasar 1,2 juta anak. ANTARA FOTO/Ampelsa
Demam usai Imunisasi Itu Wajar, Ini yang Perlu Dapat Perhatian Lebih

Anak demam usai imunisasi itu tidak usah dikhawatirkan. Yang perlu panik kalau demam itu menyebabkan kejang.


Perdana, RS Paru Jember Lakukan Operasi Bedah Saraf Aneurisma Otak

6 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Perdana, RS Paru Jember Lakukan Operasi Bedah Saraf Aneurisma Otak

RS Paru menjadi rumah sakit pertama yang melakukan operasi bedah saraf clipping aneurisma otak untuk Jawa Timur bagian timur.


Peneliti Ungkap Otak Suku Amazon Mengalami Penuaan lebih Lama

7 hari lalu

Masyarakat adat dari suku Mura berjalan di daerah gundul di tanah adat nondemarcated di dalam hutan hujan Amazon dekat Humaita, Negara Bagian Amazonas, Brasil 20 Agustus 2019. [REUTERS / Ueslei Marcelino]
Peneliti Ungkap Otak Suku Amazon Mengalami Penuaan lebih Lama

Menurut penelitian terbaru, masyarakat suku Amazon mengalami penuaan otak lebih lama seiring bertambahnya usia mereka


Tahapan Papiledema, Kondisi Pembengkakan Saraf Optik Mata

8 hari lalu

ilustrasi periksa mata (pixabay.com)
Tahapan Papiledema, Kondisi Pembengkakan Saraf Optik Mata

Mantan kiper timnas Indonesia, Kurnia Meiga mendapat pemeriksaan dari ahli kesehatan karena mengalami papiledema


Neuralink Milik Elon Musk Kantongi Izin Uji Coba Implan Otak Manusia

8 hari lalu

Ilustrasi desain Neuralink. Chip itu berada di belakang telinga, sementara elektroda dimasukkan ke dalam otak. Kredit: Neuralink/YouTube
Neuralink Milik Elon Musk Kantongi Izin Uji Coba Implan Otak Manusia

Perusahaan implan otak milik Elon Musk, Neuralink, mengumumkan FDA telah memberikan lampu hijau untuk uji klinis pertama pada manusia.


Memahami Gaya Hidup Slow Living untuk Redakan Stres

10 hari lalu

Ilustrasi berkebun. Freepik.com/Senivpetro
Memahami Gaya Hidup Slow Living untuk Redakan Stres

Buat yang selalu sibuk, saatnya beralih ke gaya hidup slow living, melambatkan laju hidup demi menikmati setiap momen dengan lebih bermakna.


Penyakit Degeneratif Saraf, Apa Penyebab dan Gejalanya?

10 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Penyakit Degeneratif Saraf, Apa Penyebab dan Gejalanya?

Penyakit degeneratif saraf adalah kondisi yang mempengaruhi cara kerja tubuh


Hiperhidrosis, Apa Penyebab Keringat Berlebihan dan Gejalanya?

11 hari lalu

Ilustrasi wanita berkeringat. Freepik.com/Cookie_studio
Hiperhidrosis, Apa Penyebab Keringat Berlebihan dan Gejalanya?

Hiperhidrosis kondisi keringat berlebihan dalam situasi yang tidak biasa