TEMPO.CO, Jakarta - Perilaku agresif pada bayi dan anak balita dilihat sebagai hal wajar. Hal itu bisa jadi bentuk ekspresi ketika mereka tidak mampu menyampaikan apa yang mereka inginkan akibat kemampuan bahasa yang belum baik.
Baca: Alasan Mengapa Anak Harus Dikenalkan Beragam Makanan Sejak Dini
Tindakan agresif anak biasanya ditunjukkan dengan memukul, merebut, mendorong, atau menyerang anak lain.
Studi yang dilakukan Dr. Michael F. Lorber, peneliti senior di Kelompok Penelitian Keluarga di Universitas New York, Amerika Serikat, bersama dengan timnya, mengungkap bahwa delapan dari sepuluh anak dilaporkan mulai memukul dan menendang di usia 18 bulan. “Fase ‘terrible two’ banyak dimulai sebelum usia dua tahun,” kata Michael F. Lorber.
Umumnya anak akan semakin sering melakukan tindakan agresif seperti memukul seiring bertambahnya usia mereka. Bayi usia 24 bulan dilaporkan memukul sebanyak hampir empat hingga enam hari seminggu.
Baca: Bayi Membutuhkan Zat Besi, Cukupkah dari ASI?
Namun harus diketahui pula, ada tingkatan sikap agresif pada anak yang harus diwaspadai. “Ketika anak memiliki masalah perilaku yang konsisten dan terus melibatkan agresi dan pembangkangan, itu berarti masalah perilakunya sudah meningkat pada level 2,” jelas Michael F. Lorber.