TEMPO.CO, Jakarta - Upaya dunia memberantas campak agaknya mengalami kemunduran. Organniasai Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan, dalam tiga bulan pertama 2019, kasus campak di seluruh dunia naik 300 persen atau tiga kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca: Begini Pola Penyebaran Virus Campak
Kenaikan ini bukan hanya terjadi di negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah seperti Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Kazakhstan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Madagaskar, Myanmar, Filipina, Sudan, Thailand, dan Ukraina, tapi juga di negara-negara yang pernah disebut sukses memberantas campak berkat vaksinasi.
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Israel, dan Tunisia, mengalami wabah campak. WHO menyebut, kondisi ini dipengaruhi oleh masyarakat yang menolak vasinasi atau antivaksin karena informasi yang keliru atau terkait kepercayaan agama.
Kelompok antivaksin dinilai sebagai salah satu ancamana kesehatan global yang dirilis WHO pada awal 2019. Setiap tahun, ada sekitar 2 hingga 3 juta kematian akibat campak bisa dicegah dengan vaksin. Taoi, WHO menyebut angka tersbeut bisa lebih tinggi lagi.
"Menanggapi hal ini, perlu berbagai pendekatan untuk memastikan semua anak mendapatkan vaksin campak mereka tepat waktu, dengan perhatian khusus pada akses, kualitas dan keterjangkauan layanan perawatan primer," kata WHO dalam laporan mereka.
Kasus campak di Amerika Serikat saat ini disebut yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Centers for Disease Control atau CDC mencatat, pada 11 April, ada 555 kasus campak yang dilaporkan pada 2019 atau yang terbanyak sejak 2014. Wabah campak terjadi di beberapa bagian AS, termasuk Pacific Northwest, Michigan, dan New York City.
CDC percaya wabah campak ini disebabkan oleh orang yang bepergian ke negara lain dengan wabah yang signifikan, termasuk Israel, Filipina, dan Ukraina, lalu kembali ke AS dan menginfeksi orang di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah, khususnya komunitas Yahudi Ortodoks.
Campak dianggap telah diberantas di AS pada 2000 berkat vaksin. Tapi, akhir-akhir ini sebagian orang tua memilih tidak memberikan vaksin ke anak-anak mereka karena penyebaran informasi yang salah tentang vaksin.
Pemerintah Filipina mendeklarasikan wabah campak di beberapa wilayah termasuk ibukota Manila. Setidaknya setidaknya ada 70 kematian, terutama anak-anak, dalam periode Januari-Februari 2019. Pada Januari, ada 4.302 kasus campak yang dilaporkan di negara ini, meningkat 122 persen pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini disebut karena jangkauan vaksinasi yang rendah
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mengungkap ada 24 provinsi jadi wilayah yang berisiko terhadap penularan penyakit campak. Untuk menurunkan mata rantai penularan penyakit campak dan rubella, pemerintah melanjutkan kembali kampanye vaksin MR tahun ini.
Baca: Mengapa Masih Ada Kematian Balita karena Campak?
PEOPLE | THE GUARDIAN