TEMPO.CO, Jakarta - Bencana alam dapat terjadi di mana pun dan kapan pun. Itu sebabnya, Anda harus selalu waspada dan menyiapkan kebutuhan darurat. Sayangnya, belum banyak orang di Indonesia yang tanggap akan hal tersebut.
Baca: Jepang Mitigasi Bencana Alam Gunakan Satelit
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto,menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi korban tsunami di Banten beberapa waktu lalu. "Saya tanya sama korban 'Mbak, apa mengerti prosedur sebelum bencana datang?’ Dia bilang tidak. Dan ini terjadi tidak sekali dua kali. Tapi berkali-kali,” katanya di kantor Kemenkes, Jakarta, pada Kamis, 18 April 2019.
Waspada bencana perlu diterapkan setiap orang. Achmad membagikan tiga hal utama yang harus diperhatikan sebelum bencana alam datang. Pertama, mengetahui lokasi tempat Anda tinggal. Anda harus tahu apakah daerah Anda tersebut rawan dengan bencana atau tidak.
“Ini yang masih sangat minim dilakukan. Orang asal tinggal terus sudah. Mereka tidak tahu tempat tersebut aman atau rawan. Jadi ini harus menjadi modal utama, khususnya jika rawan agar selalu bersiap,” katanya.
Apabila Anda menyadari jika tinggal di daerah yang rawan bencana, hal selanjutnya yang harus dipersiapkan ialah tempat evakuasi. Achmad mengimbau agar Anda mengetahui lokasi terdekat untuk menyelamatkan diri agar ketika bencana datang, Anda tidak memakan waktu untuk mencari tempat berlindung.
“Disini nyawa menjadi taruhannya. Jadi Anda harus sedini mungkin tahu di mana tempat teraman untuk disinggahi saat bencana datang. Jangan baru mencari ketika sudah kejadian. Itu terlambat,” katanya.
Hal terakhir yang menjadi poin penting lainnya adalah selalu menyimpan obat-obatan di sekitar Anda. Ini secara khusus ditujukan jika Anda memiliki gangguan kesehatan kronis. Sebab secara umum, saat bencana datang, suplai obat yang diberikan ialah obat-obat standar. Sehingga, ini akan menyulitkan Anda dan tim medis untuk mengobati penyakit tersebut.
“Kalau TBC misalnya. Dibawa terus obatnya. Karena obat-obatan yang diberikan selalu terbatas. Ada baiknya kalau kronis memang membawa sendiri agar lebih mudah ditangani,” katanya.
Baca: Kisah Manajer yang Sembunyi di Kontainer saat Tsunami Selat Sunda