TEMPO.CO, Yogyakarta - Pendiri sekaligus pemilik Chocolate Monggo, Thierry Detournay mengklaim penggunaan plastik di perusahaannya tinggal 20 persen. Prosentase itu antara lain terdapat pada sejumlah peralatan yang terbuat dari plastik.
Dia mengupayakan pengurangan penggunaan plastik hingga 95 persen mulai tahun ini hingga tiga tahun mendatang. Pengurangan penggunaan plastik sejalan dengan pengurangan sampah plastik yang sulit didaur ulang.
Baca: Susi Minta Pemakai Kantong Plastik di Pameran Ini Didenda
“Menghindari 100 persen plastik tidak mungkin. Mau enggak mau masih pakai plastik. Tapi kami menghindari plastik sekali pakai,” kata Thierry saat ditemui di sela acara Ulang Tahun Chocolate Monggo ke-14 dengan tema “Lebih Asyik Tanpa Plastik” di showroom sekaligus pabriknya di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019.
Showroom: Suasana showroom Cokelat Monggo di Kampung Ndalem, Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019.Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA
Baca Juga:
Alasannya, plastik sekali pakai meninggalkan sampah yang berbahaya bagi lingkungan dan tubuh. Dia mencontohkan meskipun membuang sampah plastik di tempat sampah, ketika hujan tidak menutup kemungkinan sampah plastik bisa sampai ke laut.
Apalagi kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai masih rendah sehingga mempercepat sampah tiba di laut. Ketika sampah di laut, mikro plastik akan termakan hewan-hewan laut yang juga dimakan manusia. Dengan kata lain, manusia memakan mikro plastik pula.
Beberapa langkah solusi yang diupayakan untuk mengeliminasi sampah plastik hingga 95 persen, menurut Thierry adalah mengajak karyawan dan pemasoknya bahan untuk tidak menggunakan plastik atau memilih menggunakan bahan-bahan yang bisa didaur ulang.
Semisal, karyawan membawa wadah minuman dari botol plastik yang tidak sekali pakai. Pemasok bahan cokelat mengganti kemasan pasokan bahan dari plastik menjadi karung goni atau tote bag.
Begitu pula tas untuk wadah cokelat-cokelat yang dibawa pulang pelanggan bukan berbahan plastik, melainkan berupa tas kertas atau paper bag. Sedotan yang disediakan di sana juga terbuat dari kertas, bukan lagi dari plastik. “Kebetulan aku tidak suka ada banyak sampah plastik di tempat kerja,” kata Thierry.
Thierry Detournay: Pendiri dan pemilik Chocolate Monggo, Thierry Chocolate, Sabtu, 27 April 2019. Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA
Marketing Communication Cokelat Monggo, Aji Prasida menambahkan, pengurangan plastik juga diterapkan pada kemasan pembungkus dalam dan luar dari produk cokelat. Untuk kemasan pembungkus dalam menggunakan aluminium foil murni yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai, sedangkan kemasan luar menggunakan kertas.
Solusi itu sudah diterapkan pada produk cokelat ukuran 40 gram dan 80 gram. “Kami pakai kertas standar FSC. Itu kertas daur ulang yang bahannya dari hutan yang dikelola secara legal,” kata Aji.
Panti Asuhan: Anak-anak dari Panti Asuhan Amanah tengah belajar membuat cokelat Mendiant bertopping kacang mete di showroom Cokelat Monggo, Sabtu, 27 April 2019.Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA
Kepala Divisi Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Esty Rahayu menambahkan, penggunaan kemasan cokelat dengan aluminium foil murni dan terpisah dengan kemasan kertasnya dinilai langkah tepat. Lantaran ada aluminium foil yang dibuat jadi satu dengan kemasan kertas. “Kalau jadi satu akan sulit didaur ulang,” kata Esty.
Dia juga mengajak tamu undangan yang hadir untuk meneriakkan Salam 3 R dan tepuk tangan 3 R, yang meliputi Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce adalah gerakan mengurangi sampah. Reuse yaitu menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan. Sedangkan Recycle adalah mendaur ulang sampah menjadi produk baru yang bermanfaat.
Dari ketiga gerakan tersebut, Esty mengajak publik untuk mengutamakan reduce karena bisa meminimalisir penggunaan plastik agar tidak menjadi sampah. “Kalau reuse hanya memperpanjang umur sampah. Tapi tidak mengurangi. Kalau reduce bisa berkurang,” kata Esty.
Baca: Mudahnya Ikut Diet Kantong Plastik, Intip Caranya
Acara tersebut juga dihadiri puluhan anak-anak dari dua panti asuhan, yaitu Amanah dan Buah Hati yang keduanya dari Bantul. Anak-anak diajak untuk mengenal cokelat dan pembuatannya.
Mereka membuat dua keping cokelat Mendiant dengan topping kacang mete yang merupakan cokelat asal Prancis. Anak-anak juga membawa pulang cokelat buatannya yang dimasukkan dalam kantong paper bag.
Seorang Pengurus Panti Asuhan Amanah, Rondiyati mengatakan, anak-anak jadi mempunyai bekal membuat cokelat. “Selama ini hanya dilatih memasak dan membuat kue-kue lebaran,” kata Rondiyati.