TEMPO.CO, Jakarta - Pola asuh tradisional yang cenderung ototriter mulai ditinggalkan sebagian orangtua. Kini, bayak orang memilih gentle parenting, yaitu pendekatan yang lembut dan positif pada anak. Pola asuh ini karakteristiknya dibentuk oleh sifat empati, menghormati, memahami, dan menetapkan batasan.
Baca: Mau Anak Anda Percaya Diri? Intip Saran Dokter Anak Ini
Sarah Ockwell, pakar parenting asal Inggris sekaligus penulis seri buku The Gentle Parenting, mengatakan gentle parenting sebenarnya bukan tentang metode spesifik. Ini tentang etos dan mengubah total cara pandang Anda. Ini lebih kepada panduan ‘cara menjadi’ bukan ‘cara melakukan’.
"Bagaimana mendekati setiap situasi pengasuhan anak dengan empati pada anak dan berusaha memahami alasan di balik perilaku mereka, bekerja bersama untuk mengubahnya secara positif, dan menerima apa yang tidak bisa diubah," kata Sarah.
Sering kali gentle parenting disalahpahami sebagai attachment parenting, yakni metode parenting yang menekankan pada pentingnya hubungan emosional antara orang tua dan anak dalam membesarkan mereka. Meski bisa diterapkan secara bersamaan, kedua pola asuh ini memiliki sedikit perbedaan.
Gentle parenting juga mengedepankan hubungan dengan anak berdasarkan keinginan dan pilihan, bukan karena tuntutan dan aturan yang ditetapkan orang tua. Selain itu, pola asuh ini mengajak orang tua untuk mengubah cara berpikir mereka mengenai anak dan perilaku mereka. Metode ini juga mengajarkan anak untuk melakukan hal-hal baik dengan menggunakan pendekatan positif dan kesabaran alih-alih hukuman dan rasa takut.
Baca: Meisya Siregar dan Bebi Romeo Tetapkan Pola Asuh Demokrasi