TEMPO.CO, Jakarta - Ketika suhu pada bagian tubuh tertentu berubah, aktivitas kimia yang terhubung dengan area itu juga berubah. Karena itu, ketika otot-otot wajah diaktifkan dalam ekspresi, proses biokimiawi yang berkaitan dengan area wajah itu diubah sesuai dengan perubahan suhunya. Penelitian menunjukkan bahwa otak yang dingin menciptakan emosi yang baik. Sebaliknya, otak yang lebih panas menghasilkan emosi negatif. Tersenyum juga pastinya bisa membuat Anda merasa bahagia.
Baca: Tersenyum Membuat Orang Hidup Lebih Lama
Robert Zajonc, psikolog yang dikenal dengan studi tentang efek suasana hati terhadap senyuman, mengatakan ada bagian tubuh yang disebut arteri karotid internalberupa “pipa” yang mengantarkan sebagian besar darah ke otak. Arteri ini memanjang melalui celah sinus kavernosa, yang mengandung banyak pembuluh darah di wajah.
Ketika seseorang tersenyum, otot-otot wajah tertentu meregang dan mengencang, serta pembuluh darah mengerut. Ini akan mengurangi darah yang mengalir ke sinus kavernosa, yang kemudian mengurangi jumlah darah yang mengalir melalui arteri karotis ke otak. Berkurangnya volume darah berarti suhu darah turun.
Ketika darah dingin masuk ke otak, suhu otak akan turun dan memicu perasaan bahagia. Teori ini berlaku sebaliknya. Zajonc mengatakan, ketika ada otot-otot terlibat dalam pengerutan kening, ada peningkatan aliran darah ke sinus kavernosa dan membuat otak menjadi lebih hangat.
Jadi, jika Zajonc benardan tidak semua orang sependapat, tapi itu kemungkinan yang menarikapakah itu berarti Anda bisa menghindari kesedihan selama sisa hidup Anda dengan berpura-pura tersenyum?
Baca: Dahsyatnya Senyum: Rasakan 4 Manfaatnya, Bikin Awet Muda Juga?
Tentu tidak. Bahkan para pendukung teori ini tak sependapat tersenyum dikatakan dapat membuat kesedihan hilang. Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa dalam keadaan emosional netral, tersenyum dapat mengarahkan Anda ke perasaan positif.