TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, lebih dari 200 penyakit dapat menular melalui makanan. Karena potensi ini, Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupansi Indonesia atau Perdoki mendorong seluruh penjamah makanan menjalani vaksinasi. Para penjamah makanan itu terdiri atas juru masak, juru saji makanan, serta petugas kithen di perhotelan dan restoran.
Baca: Hoaks jadi Salah Satu Alasan Orang Tua Menolak Vaksinasi Anak
"Pemberian vaksinasi bagi penjamah makanan dapat dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan agar penjamah makanan tidak menjadi sumber infeksi," kata Ketua Umum Perdoki Nusye E. Zamsiar saat jumpa pers tentang Rekomendasi Vaksinasi Demam Tifoid dan Hepatitis A Kepada Masyarakat di Yogyakarta, Sabtu, 4 Mei 2019.
Menurut dia, beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan (foodborne disease) yakni demam tifoid dan hepatitis A. Apabila ada penjamah makanan yang terjangkit penyakit tersebut maka selain bisa menularkan penyakit ke keluarganya juga dapat menularkan ke konsumen makanan yang ia olah.
"Namun belum banyak perusahaan yang memperhatikan dan menyadari pentingnya vaksinasi. Banyak yang mempunyai anggapan bahwa vaksinasi hanya 'boros-borosin' biaya," ujar dia.
Padahal, lanjut Nusye dengan mengabaikan vaksinasi, khususnya bagi perusahaan di bidang makanan seperti restoran bisa berdampak pembengkakan biaya yang lebih besar. Adanya pekerja yang menderita penyakit maka akan menurunkan produktivitas perusahaan. "Selain itu juga berisiko menularkan penyakit ke konsumen," sebut dia.
Ia mengatakan pemberian vaksinasi pada penjamah makanan penting dalam upaya pencegahan, namun upaya keamanan (food safety) tetap harus dilaksanakan seperti higiene dan sanitasi perorangan dan lingkungan serta penerapan Analisa Bahaya dan Titik Kendali Kritis (ABTKK).
Baca: Vaksinasi Rendah, Kasus Campak Naik 3 Kali Lipat di Seluruh Dunia
Kendati tidak menjamin kekebalan tubuh 100 pesen, menurut dia vaksinasi hepatitis A dan tipus memiliki efektivitas memberikan kekebalan tubuh mencapai 80 persen terhadap penyakit tersebut.
"Walaupun sudah vaksinasi jangan terus teledor dengan tidak lagi memperhatikan higiene dan sanitasi," kata dia.
ANTARA