TEMPO.CO, Jakarta - Saat berpuasa, kondisi tubuh akan mengalami penyesuaian. Sebab, di kala seseorang terbiasa makan pada pagi, siang dan malam hari, selama bulan puasa Ramadan ini akan berubah menjadi subuh dan sore menjelang malam hari. Jika nutrisi tidak tercukupi, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah sakit.
Baca: Melewatkan Makan Sahur Berisiko Menurunkan Daya Tahan Tubuh
Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI, Kartini Rustandi, mengatakan bahwa hal pertama yang perlu diperhatikan saat berpuasa adalah asupan cairan. Selain meneguk air putih sebelum makan, Anda juga disarankan untuk mengkonsumsi minuman yang manis, antara lain takjil seperti kolak dan sop buah.
“Minum dulu air putih dan takjil yang manis untuk mengembalikan kerja pencernaan. Karena selama lebih dari 12 jam, dia tidak bekerja. Kalau langsung makan, khawatirnya perut Anda kaget,” katanya di Jakarta pada Jumat, 10 Mei 2019.
Selanjutnya, ia juga menganjurkan agar masyarakat dapat sahur dan berbuka puasa dengan makanan yang dikunyah sampai tuntas, setidaknya 30 kali. Tujuannya ialah agar membantu kerja pencernaan dengan memecah makanan melalui gigi dan air liur.
Baca juga:
“Kalau sahur dan berbuka kan orang identik lapar dan ingin cepat masuk makanannya. Jadi lima kali kunyah langsung telan. Ini salah. Kasihan kerja pencernaan. Lebih baik dipecah-pecahkan dengan tiga puluh kali mengunyah,” katanya.
Tak lupa, Kartini mengimbau makan makanan sehat dengan gizi seimbang dengan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga, makanan yang terdiri dari sayur, buah, lauk dan nasi pun harus disantap setiap sahur dan berbuka puasa.
Baca: 9 Makanan Sahur yang Kaya Nutrisi, Ada Nasi Merah dan Tofu
“Pada prakteknya, masyarakat Indonesia sangat sulit melakukannya. Dan yang paling buruk khususnya pada sayur dan buah,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA