TEMPO.CO, Jakarta - Berlari maraton tak lagi menjadi bagian kesehatan saja, namun juga gaya hidup. Tak sedikit masyarakat Indonesia yang mulai menjajal berbagai ajang lari seperti half marathon (21 kilometer) ataupun full marathon (42 kilometer). Selain berkompetisi di Indonesia, sebagian orang bahkan rela mengikuti ajang di luar negeri.
Baca juga: Berlari Sambil Liburan Jadi Tren pada 2019
Salah satunya adalah seorang pebisnis sekaligus pencinta lari marathon, Christopher Tobing. Saat ditemui dalam acara konferensi pers Team Yayasan Ronald McDonald House Charities Indonesia 2019 untuk Rumah Singgah di Jakarta, ia bercerita bahwa telah mengikuti puluhan ajang lari marathon di dalam dan luar negeri. Kini, ia bahkan tengah bersiap untuk mengikuti New York City (NYC) Marathon di Amerika Serikat pada September 2019.
“Saya marathon dari zaman sekolah di Melbourne, sekitar 2006-an lah. Memang diajak ayah saya dan sudah nggak kehitung berapa kali lari. Next-nya yang NYC Marathon untuk charity pembangunan rumah singgah ini,” katanya kepada TEMPO.CO di Jakarta, pada Selasa 21 Mei 2019.
Dikarenakan adanya beberapa perbedaan antara full marathon di Indonesia dan luar negeri, ia pun kemudian membagikan beberapa trik dalam menjalani ajang tersebut. Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah istirahat. Ini ditujukan untuk mempersiapkan energi dan tenaga saat lari maraton tiba.
“Kebanyakan orang-orang karena lari di luar negeri, fokusnya jadi berubah ke explore sekitar daripada lari maratonnya. Kalau saya, jangan mikir jalan-jalan dulu tapi istirahat yang cukup saja. Kalau sudah lari, baru bebas jalan-jalan,” katanya.
Selanjutnya, memikirkan cuaca juga harus dilakukan. Dalam hal ini, sebelum melakukan lari maraton, ia selalu memperhatikan cuaca apa yang sedang berlaku di negara tersebut. Ini bertujuan untuk mempersiapkan kostum yang akan digunakan.
“Contohnya kayak NYC Marathon ini saya cek sekitar 10 derajat. Jadi harus siapin baju lengan panjang dan didobel pakaian lain. Jangan sampai salah kostum dan nantinya merugikan kita,” katanya.
Masih berhubungan dengan cuaca, ia juga menggarisbawahi tentang pentingnya asupan air saat lari maraton. Apabila akan berlari dengan kondisi musim dingin, Christopher Tobing mengatakan bahwa mengeset notifikasi untuk minum sangat penting untuk dilakukan. Sebab, saat musim dingin, tubuh tidak akan merasa haus meski berlari lama.
Baca juga: Lari Maraton Juga Baik Untuk Kesehatan Mental
“Kalau di daerah tropis, kita lari pasti keringetan dan gampang haus kan? Kalau winter beda. Larinya hampir tidak mengeluarkan keringat. Jadi sangat mungkin enggak sadar kalau tubuh kekurangan cairan. Jadi baiknya ngeset reminder untuk minum 2-3 jam sekali,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA