TEMPO.CO, Jakarta - Cheese tea alias teh keju sedang menjadi minuman tren di kalangan anak muda. Bahkan, ketika Anda sedang berada di pusat perbelanjaan, tentu tak sedikit kedai yang menjual teh dengan lapisan busa krim keju ini.
Baca: Suka Minum Teh? Coba Campur Keju, Rasanya Sedang Tren
Lalu, bagaimana cheese tea dilihat dari segi kesehatannya? Melansir dari Health Line, rupanya ada beberapa sisi positif dan negatif dari mengkonsumsi cheese tea.
Dimulai dengan segi positifnya terlebih dahulu, bahan dasar teh yang digunakan memang memiliki banyak manfaat. Apabila Anda memiliki teh hijau pada adonan cheese tea, ia dipercaya dapat membantu memulihkan kerusakan pada tubuh yang disebabkan oleh radikal bebas. Sebab, teh hijau terkenal kaya akan antioksidan.
Sedangkan bagi Anda yang memilih teh hitam, ia dipercaya kaya akan polifenol terpolimerisasi (BTPPs). Dimana ia dapat membantu mengurangi gula darah, tekanan darah tinggi, peradangan, dan risiko kanker.
Untuk bahan lapisan busa krim keju sendiri, ia tentu terbuat dari susu penuh lemak. Hal ini berkaitan dengan penurunan risiko obesitas dan sindrom metabolik, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Sayangnya, dari sisi negatif, hampir 75 persen masyarakat di dunia tidak toleran dengan laktosa. Ini adalah salah satu bahan yang ada pada susu penuh lemak. Nah, apabila seseorang dengan intoleransi seperti itu mengkonsumsi cheese tea, tentu akan menimbulkan efek kemerahan dan gatal pada kulit.
Terlebih lagi, cheese tea mengandung gula tambahan. Meskipun jumlahnya bervariasi, namun penggunaannya yang terlalu banyak dapat dikaitkan dengan peradangan dan banyak hasil kesehatan negatif. Contohnya termasuk peningkatan risiko diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, dan kanker tertentu.
Baca: Teh Panas Bisa Picu Kanker, Begini Saran Dokter
Dengan kata lain, teh dan busa krim keju yang sudah memberikan manfaat itu menjadi pudar karena tambahan gula. Oleh karena itu, disarankan untuk tidak menambah gula sama sekali pada adonan cheese tea Anda. Atau jika tetap ingin dengan gula, takar dengan setidaknya kurang dari 10 persen total asupan kalori harian Anda.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | HEALHTLINE