TEMPO.CO, Jakarta - Seorang gadis berkebangsaan Belanda, Noa Pothoven, 17, dikabarkan memilih mengakhiri hidupnya karena trauma dan putus asa setelah mengalami perkosaan. Sebelumnya, ia memang memiliki keinginan untuk menjalani euthanasia di klinik Levenseindekliniek di Den Haag.
Baca juga: Dikira Sang Istri, Pria Mabuk Tak Sadar Perkosa Putrinya
Sayangnya, pihak klinik tidak menyetujui permintaannya. Oleh karena itu, Pothoven pun memutuskan untuk mengakhiri hidup secara manual, yakni dengan tidak makan dan minum hingga kelaparan.
Melihat fenomena ini, psikolog Reni Akbar Hawadi pun mengatakan bahwa korban perkosaan umumnya merasa putus asa karena hal tersebut dianggap memalukan oleh masyarakat. Sehingga, ini akan berpengaruh pada cara pandang seseorang kepada mereka di kemudian hari.
“Seumur hidup mereka bisa dipandang sebelah mata. Jadi itulah yang menyebabkan stres, gangguan jiwa, bahkan ingin bunuh diri,” katanya saat dihubungi TEMPO.CO pada 12 Juni 2019.
Tapi sebenarnya rasa putus asa hingga ingin bunuh diri itu sebenarnya tidak perlu dialami. Reni menjelaskan dua hal yang harus diterapkan oleh lingkungan sekitar dan korban.
Dari lingkungan, ia menggarisbawahi pentingnya masyarakat mengubah cara berpikir mengenai pemerkosaan. Bukan mempermasalahkan apa yang terjadi, namun justru memberi semangat agar korban dapat tetap bangkit dan menjalankan hidup layaknya sediakala.
“Yang penting adalah bagaimana dukungan Anda agar mereka keluar dari keterpurukan,” katanya.
Sedangkan bagi korban, ia menyarankan agar tidak menjadi penyendiri. Melainkan, segera mencari bantuan. Ini bisa berupa curahan hati dan emosi kepada orang-orang yang dapat diandalkan. Contohnya adalah keluarga, sahabat, ataupun ahli kesehatan jiwa.
Baca juga: Brazil Tangkap Dukun Cabul yang Perkosa Ratusan Perempuan
“Saat sendiri, pikiran yang menghantui dapat menjadi beban yang akhirnya diluapkan dengan cara menyakiti diri. Sebaiknya kalau seseorang mau bercerita, beban itu ikut dilepaskan dan pasti nantinya akan merasa lebih lega, sehingga hal yang negatif juga dapat dihindari,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA