TEMPO.CO, Jakarta - Wanita yang baru melahirkan bisa mengalami depresi pasca-melahirkan. Mereka mudah sedih, mudah tersinggung, dan emosinya datar. Ternyata gangguan yang sama juga bisa dialami pria. Apa sebabnya?
Baca juga: Alami Nyeri Sendi dan Sakit Pencernaan? Mungkin Anda Depresi
Baca Juga:
Dokter spesialis anak dari rumah sakit ibu dan anak Apollo Cradle Royale, India, Gaurav Jawa, mengatakan bahwa para pria mengalami banyak perubahan sebagai ayah. Pria juga merasa bersalah setelah melihat pasangannya bangun tengah malam untuk menyusui bayi, lalu mengalami perubahan pasca-melahirkan. Selain itu, pria juga merasa kewalahan dengan tanggung jawab baru. “Perasaan ini akan berlangsung selama satu tahun,” kata Gaurav Jawa seperti dikutip dari Times of India.
Beberapa gejala depresi pasca-melahirkan yang dialami para pria hampir sama dengan wanita. Gejala itu antara lain ketakutan dan kebingungan, mundur dari kehidupan sosial, frustrasi dan lekas marah, perilaku kekerasan, insomnia, hingga memicu konflik pernikahan.
Gangguan ini juga bisa menimbulkan gejala fisik, antara lain mual, sembelit, gangguan pencernaan, diare, kurang nafsu makan, sakit kepala, hingga sakit gigi.
Hal yang membuat depresi pada pria lebih berat adalah stigma bahwa pria harusnya lebih kuat dibandingkan wanita. Jadi, ketika mengalami hal seperti itu, para pria umumnya enggan meminta bantuan.
Menurut Gaurav Jawa, depresi pasca-persalinan pada pria lebih umum karena ayah juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan ibu dalam pengasuhan anak. Kesetaraan ini menyebabkan tekanan sosial, ekonomi, dan psikologis yang cukup besar.
Perlu diketahui, depresi pasca-persalinan dapat dihindari dengan perawatan yang tepat. Tapi sebelumya, pria perlu menyadari bahwa depresi bukanlah kelemahan, tetapi kondisi medis. Mengakui menderita depresi bukan berarti tidak cukup kuat menjalani tantangan hidup.
Baca juga: Kehilangan Ibu, Pangeran William Sempat Alami Tekanan Mental
Pada 2016, sebuah meta-analisis penelitian menemukan bahwa 8 persen pria mengalami depresi pasca-persalinan. Tetapi para ahli yakin angka sebenarnya lebih tinggi lagi. Elia Psouni dari Lund University di Swedia pernah melakukan penelitian serupa. Ia mengatakan bahwa 22 persen responden pria dalam penelitian yang ia pimpin pernah mengalami depresi pasca-persalinan.
TIMES OF INDIA | THE GUARDIAN