TEMPO.CO, Jakarta - Presenter Ibnu Jamil sangat menyukai kegiatan lari. Ibnu mengatakan bahwa kegiatan lari selain sebagai olahraga bisa menjadi kegiatan investasi untuk masa tua. "Dengan berlari, nanti tua kita masih bisa jalan-jalan, masih bisa naik gunung, atau bahkan full marathon," katanya pada acara Paperun Charity Fun Run, Jakarta pada 23 Juni 2019.
Baca: Runjani 2019, Lari dan Nikmati Indahnya Bukit Penanggak Lombok
Menurut Ibnu, kegiatan lari akan semakin menyenangkan bila ada kegiatan tambahan seperti berbagi keceriaan. "Melalui acara hari ini saya bisa sehat, berbagi keceriaan, tidak ketinggalan berkontribusi langsung terhadap masalah literasi," kata Ibnu.
Kegiatan Paperun Charity Fun Run 2019 pada 23 Juni 2019.Tempo/Mitra Tarigan
Penulis sekaligus praktisi pendidikan Susan Bachtiar setuju dengan Ibnu. Ia mengatakan berbagai kegiatan dan lomba lari itu sudah sangat biasa. Akan lebih baik lagi bila berlari, sekaligus ikut berdonasi untuk literasi. Susan mengatakan masalah rendahnya budaya membaca di Indonesia salah satu alasannya adalah karena buku-buku edukatif berkualitas di daerah itu masih sangat terbatas. "Padahal membaca adalah jendela dunia yang bisa memberikan pengaruh besar terhadap hidup seseorang. Makanya saya senang dengan acara lari untuk literasi ini," kata Susan.
Paperun Charity Fun Run 5K 2019 adalah ajang lari dengan misi sosial untuk mengajak masyarakat peduli terhadap literasi. Kegiatan yang sudah berlangsung sejak 2017 ini kembali diselenggarakan pada 23 Juni 2019 di kawasan Car Free Day, Thamrin, Jakarta. Selain lari sejauh 5 kilometer, ada pula kegiatan zumba yang diikuti peserta.
Kegiatan Paperun Charity Fun Run 2019 pada 23 Juni 2019.Tempo/Mitra Tarigan
Lebih dari 2000 masyarakat berpatisipasi pada acara ini. Jumlah itu naik 60 persen dari edisi pertama pada 2017. Direktur Asia Pulp & Paper Sinar Mas Suhendra Wiriadinata mengatakan seluruh biaya pendaftaran dari Paperun 2019 akan didonasikan dalam bentuk buku ke 68 rumah baca. "Khususnya di empat daerah pascabencana seperti Nusa Tenggara Barat, Banten, Lampung, dan Sulawesi Tenggara," kata Suhendra. Menurutnya keempat daerah ini menjadi tujuan utama demi memulihkan keadaan infrastruktur, dan masa dengan anak-anak di sana.
Baca: Prihatin Sampah Plastik di Lautan, Adidas Ajak Lari di CFD
Indonesia memang masih mengalami masalah dalam hal budaya membaca. Bahkan menurut kajian The World's Most Literate Nations oleh Central Connecticut State University Amerika Serikat menyebutkan tingkat literasi Indonesia berada di urutan dua terendah dari 61 negara. Padahal menurut United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco) dalam laporan berjudul The Social and Economic Impact of Illiteracy menyebutkan tingkat literasi rendah dapat berujung pada hal negatif, di antaranya kehilangan atau penurunan produktivitas, mempengaruhi kualitas kesehatan fisik maupun mental. Hal itu juga bisa menimbulkan kemiskinan hingga kriminalitas.