TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit HIV dan AIDS sering sekali dibicarakan banyak orang. Kondisi ini disebabkan oleh virus yang menyerang sistem imunitas tubuh, dan berujung komplikasi yang parah, jika tidak ditangani.
Baca: Pemerintah Kabupaten Tangerang Verifikasi 464 penderita HIV/AIDS
Ada begitu banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai HIV dan AIDS. Mulai dari penularan HIV, gejala HIV, kelompok penderita, hingga akibat dari infeksi HIV. Berikut adalah mitos-mitos mengenai HIV dan AIDS yang masih umum dipercaya oleh masyarakat, beserta faktanya.
1. Mitos : Tertular HIV merupakan vonis mati
Fakta: Saat ini, orang yang hidup dengan HIV (ODHIV), memiliki harapan hidup yang sama dengan orang biasa. Kemunculan obat antiretroviral atau ARV membuat ODHIV tetap dapat menjalani aktivitas dan berkarya, dengan catatan bahwa, obat tersebut harus teratur diminum seumur hidup.
2. Mitos : HIV sama dengan AIDS
Fakta: HIV tidak sama dengan AIDS. HIV atau human immunodeficiency virus dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sementara itu, AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome, adalah fase terparah yang bisa dialami oleh penderita HIV.
Baca Juga:
AIDS memang disebabkan oleh HIV. Namun dengan terapi ARV dan hidup sehat, orang yang terinfeksi HIV, bisa terhindar dari AIDS.
3. Mitos : Menyentuh dan berdekatan dengan ODHIV bisa tertular HIV juga
Fakta: HIV tidak bisa ditularkan melalui interaksi biasa. Anda tidak akan tertular HIV, setelah bersentuhan dengan penderitanya, maupun tinggal serumah dengannya.
HIV hanya bisa ditularkan melalui kontak seksual, transfusi darah, darah yang terinfeksi, pemberian ASI, dan penggunaan jarum yang sama dengan penderita HIV. Selain itu, proses persalinan pun meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi.
Oleh sebab itu, Anda tidak akan tertular jika berbagi alat makan dengan penderita HIV, berpelukan, menggunakan alat olahraga yang sama, atau menggunakan toilet yang sama. Ibu hamil yang mengonsumsi ARV, berpeluang lebih kecil untuk menularkan HIV pada bayinya.
3. Mitos : Nyamuk dapat menjadi perantara HIV
Fakta: Nyamuk sama sekali tidak berkontribusi dalam penularan virus HIV. Sebab, nyamuk dan serangga lain, tidak menginjeksi darah yang sudah diisapnya dari orang lain.
4. Mitos : Orang yang tertular HIV terlihat dari fisiknya
Fakta: Gejala atau tanda HIV sulit untuk dikenali. Satu-satunya cara untuk mengetahui infeksi HIV adalah melalui tes darah. Oleh sebab itu, penting bagi untuk rutin menjalani pemeriksaan darah, dan mengetahui status HIV Anda.
5. Mitos : HIV dan AIDS merupakan infeksi kelompok pria homoseksual
Fakta: Kelompok pria gay dan biseksual memang salah satu populasi kunci untuk HIV dan AIDS. Walau begitu, infeksi ini bisa menyerang semua kalangan, tanpa memandang orientasi seksual.
Hingga tahun 2017 saja, kelompok ibu rumah tangga termasuk yang paling banyak menderita AIDS. Data ini diambil dari laporan perkembangan HIV di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan.
6. Mitos : Seks oral dan ‘French kiss’ tidak dapat menularkan HIV
Fakta: Hubungan seks anal dan vaginal memang menjadi salah satu faktor risiko utama penularan HIV. Meski demikian, seks oral dan berciuman, juga memiliki potensi penularan, walau jarang terjadi.
Virus masuk melalui membran mukosa di mulut, apabila seks oral dilakukan secara tidak aman. Namun, berciuman bisa meningkatkan risiko penularan, apabila mulut mengalami luka, termasuk sariawan, dari mulut penderita.
Yang terpenting, pastikan Anda dan pasangan rutin mengonsumsi ARV, jika positif HIV. Selain itu, mengetahui status HIV pasangan, juga merupakan hal yang baik.
7. Mitos : Pasangan penderita HIV boleh berhubungan seks tanpa kondom
Fakta: Pasangan dengan infeksi HIV, tetap disarankan menggunakan kondom saat berhubungan seks. Walau kecil, tetap ada kemungkinan penularan virus berbeda.
Itulah beberapa mitos dan fakta mengenai HIV dan AIDS. Penting bagi Anda untuk memahami mitos dan fakta di atas, serta mengedukasi orang-orang di sekitar Anda mengenai HIV dan AIDS.
Baca: Dokter di Pakistan Tularkan HIV ke 90 Orang Lewat Jarum Suntik
Dengan mengenali mitos ini, Anda yang bukan penderita HIV, tetap bisa berteman baik dengan penderita HIV. Sementara itu, jika terinfeksi virus tersebut, Anda dapat lebih berhati-hati untuk tidak menularkan kepada orang lain.