TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Juli ini menjadi babak baru bagi para perokok di Swedia. Negara Skandinavia itu mulai menerapkan aturan baru yang melarang asap rokok di ruang publik, seperti taman bermain anak-anak, stasiun kereta, hingga area luar ruang restoran yang sebelumnya dijadikan tempat untuk merokok. Tak hanya untuk rokok konvensional, larangan ini juga berlaku untuk rokok elektronik.
Baca: Jacky Zimah Meninggal, Ini Peyebab dan Pemicu Infeksi Paru-paru
Seperti dikutip dari AP, Swedia sebetulnya merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa dengan jumlah perokok paling rendah. Statistik resmi pemerintah Swedia menyebutkan, hanya 11 persen dari 10 juta penduduk Swedia yang masih punya kebiasaan merokok setiap hari. Adapun 10 persen di antaranya perokok sosial. Swedia sendiri menerapkan pelarangan merokok di tempat publik, termasuk area di dalam restoran dan bar, sejak 2005.
Dalam keterangan resminya, Otoritas Kesehatan Swedia menjelaskan, aturan ini bertujuan melindungi kesehatan warganya, termasuk para perokok pasif. Tak hanya itu, aturan tersebut diberlakukan sebagai upaya membebaskan negara ini dari asap rokok pada 2025.
Kebijakan serupa juga diterapkan pemerintah Kota Paris, Prancis, yang baru menambah kawasan bebas asap rokok pada Juni lalu. Kini ada 52 taman kota yang ditetapkan menjadi area bebas rokok, menyusul 46 taman lainnya yang telah ditetapkan pada Mei lalu. Jika kedapatan melanggar, seseorang bisa didenda 38 euro, atau sekitar Rp 606 ribu. Pemerintah Paris juga menjadikan 19 jalan umum sebagai area bebas puntung rokok sejak awal tahun ini.
Di Amerika Serikat, pengetatan aturan untuk rokok juga semakin meluas. Pada Juli ini, Negara Bagian Virginia mulai meningkatkan batas umur untuk pembeli rokok dan vape (rokok elektronik), dari semula 18 tahun menjadi 21 tahun. "Ini merupakan upaya mencegah pertumbuhan perokok di kalangan anak muda," ujar Christopher Stolle, anggota dewan perwakilan rakyat setempat, seperti dikutip dari US News.
Baca: Miris, Induk Burung Beri Makan Anaknya dengan Puntung Rokok
Christopher menjelaskan, salah satu alasan lain kebijakan ini diberlakukan adalah meningkatnya jumlah perokok elektronik di kalangan anak muda. "Ketika jumlah perokok konvensional turun, jumlah perokok elektronik justru bertambah. Ini tidak kalah berbahaya," ujar dia. Aturan ini, dia menambahkan, diharapkan bisa menekan tren tersebut. Selain Virginia, negara bagian yang telah menjalankan kebijakan serupa adalah Washington.
KORAN TEMPO