TEMPO.CO, Jakarta - Demensia atau pikun adalah penyakit yang sering dialami orang lanjut usia atau lansia. Gangguan ini umumnya disebabkan proses penuaan otak di mana fungsi kognitifnya menurun. Dampaknya, penderitanya akan lebih mudah lupa.
Baca juga: Demensia Bisa Dideteksi Melalui Indera Penciuman, Begini Caranya
Demensia tidak hanya menyerang fisik, namun juga psikologis pasien. Ditambah lagi, penyakit ini belum ada obatnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mewaspadai tanda-tanda awal sebelum demensia yang sesungguhnya, agar bisa dicegah.
“Demensia belum ada obatnya. Namun jika kita mengetahui penyakit ini sebelumnya, pencegahan bisa dilakukan,” kata dokter spesialis saraf Yuda Turana di Jakarta pada Selasa, 9 Juli 2019 di acara Grand Opening RS Atma Jaya Paviliun Bonaventura.
Menurut Yuda, ada beberapa tanda pra-demensia yang wajib diwaspadai. Pertama, ialah sering lupa. Menurutnya, seseorang yang sering lupa, terlebih berhubungan dengan sesuatu yang baru dilakukan, dapat menjadi indikasi pra-demensia.
“Kalau habis ngobrol dengan teman, tapi lupa pembahasannya, itu sudah indikasi pra-demensia,” katanya.
Selain itu, tanda lain yang patut diwaspadai adalah respons pupil yang menurun. Yuda mengatakan bahwa pupil yang membesar umumnya hanya muncul saat seseorang sedang bahagia. Misalnya mendapat kejutan atau bertemu kekasih hati. Namun bagi calon pasien demensia, hal ini bisa terjadi setiap saat.
“Lingkaran hitam di mata itu selaras dengan otak karena dihubungkan oleh satu pembuluh darah yang sama. Sehingga kalau salah satu terganggu, pasti yang lainnya ikut terganggu,” katanya.
Tanda yang terakhir adalah tangan yang bergerak tidak beraturan alias gemetar. Yuda menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh kerja saraf olfaktorius yang menurun dan berdampak pada gerakan tubuh.
“Seperti tremor tapi terjadinya tiba-tiba. Tidak dalam keadaan sakit maupun kecapekan, bisa menjadi tanda juga,” katanya.
Baca juga: Earl Thomas Conley Meninggal, Intip 5 Gejala Awal Demensia
Oleh karena itu, ia menyarankan orang yang telah menginjak usia 40 tahun untuk memeriksakan kondisi. Terlebih jika sudah ada indikasi pra-demensia ini. “Harganya tidak mahal. Sekarang pun sudah ditanggung BPJS. Jadi segera cek agar tidak terlambat dan menjadi demensia sungguhan,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA