TEMPO.CO, Jakarta - Lupa adalah suatu kondisi yang wajar dialami orang dewasa maupun anak-anak. Tapi, ketika anak sering lupa, tak sedikit orang tua yang khawatir anaknya mengalami gejala demensia atau pikun dini.
Baca juga: Anak Takut Kembali ke Sekolah Bisa Jadi Pernah Alami Bullying
Demensia memang tidak hanya dialami lansia saja, namun anak-anak. Kalau lansia disebabkan faktor penurunan fungsi kognitif otak yang dipengaruhi oleh pertambahan usia, anak-anak kebanyakan karena alasan turunan atau genetika. Lalu, bagaimana orang tua bisa mengetahui bahwa anak mereka demensia atau tidak, apabila sering lupa?
Dokter spesialis saraf Yuda Turana mengatakan bahwa orangtua bisa mengetesnya dengan mengajukan pertanyaan sederhana seputar kesukaannya. “Kalau anak habis nonton dengan Anda, coba tanya jalan ceritanya. Bisa atau tidak dia menjelaskannya?” katanya di Jakarta pada Selasa, 9 Juli 2019.
Menurut Yuda, anak yang bisa menjelaskan hal ini, dapat membuktikan jika ia sehat. Namun jika anak kebanyakan lupa, apalagi apabila baru saja aktivitas tersebut dilakukan, bisa jadi anak mengalami gejala pikun dini sehingga perlu dibawa untuk perawatan.
Tapi tak semua anak yang sering lupa mengalami gejala demensia, misalnya ketika anak lupa pada pelajaran di sekolah atau lupa mengerjakan PR. Bisa jadi, lupa disebabkan oleh atensi anak kurang, jadi data yang diterima oleh anak memang tidak masuk ke dalam otak lantaran tidak digemari.
Sedangkan, demensia biasanya terkait dengan kesukaan. Meski sudah masuk dan diproses otak, namun tidak bisa dikeluarkan.
Baca juga: Ini Alasan Anak Butuh Cek Kesehatan Meski Tak Tampak Sakit
“Jadi wajar kalau anak suka lupa pelajaran di sekolah. Orang tua yang harus tau beda lupa karena atensi karena sesuatu yang tidak disukai dengan lupa demensia karena disukai tapi otak memang tidak bisa mengeluarkannya,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA