TEMPO.CO, Jakarta - Sering terpapar kekerasan di rumah jadi salah satu penyebab anak jadi pelaku perundungan atau bully. Misalnya dari orang tua yang memukul, menampar, meninju, atau kekerasan verbal seperti komunikasi kasar, penuh makian kepada anak.
Demikian diungkapkan psikolog RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M.Psi, CGA dalam diskusi di Jakarta pada Kamis, 18 Juli 2019.
"Bisa juga karena situasi rumah penuh agresi, konflik dan permusuhan antara ayah-ibu, maupun orang tua-anak; KDRT yang terjadi dalam keluarga," kata dia.
Agar karakter negatif ini tak muncul, Jane menyarankan orang tua menerapkan pola asuh yang tidak melibatkan kekerasan, namun tetap tegas, mengekspresikan kasih sayang dan penerimaan pada anak.
Selain itu, jalin komunikasi terbuka, luangkan waktu rutin untuk sesi berbagi cerita misalnya seminggu sekali.
"Sesi sharing setiap minggu. Semua anggota keluarga bercerita pengalaman seminggu terakhir, agar anak merasa komunikasi dengan keluarga terbuka. Topiknya bisa berganti-ganti," kata Jane.
Anak yang berpotensi sebagai pelaku perundungan biasanya tidak memiliki rasa empati. "Dia tidak bisa mengerti perasaan orang lain, kurang bisa berempati," ujar dia.
Untuk menumbuhkan rasa empati anak, menurut Jane, orang tua bisa mengajarkan misalnya perilaku antre saat berada toilet umum atau berempati pada asisten rumah tangga yang sedang sakit sehingga tak mampu mengerjakan tugasnya seperti biasa.
"Ajari anak menahan (buang air) dan harus antre. Lalu di rumah bisa juga diajari berempati pada ART. Kasih penjelasan ke anak kalau tugasnya bisa kita siapkan dulu karena ART sakit," kata Jane.
Selain kurang berempati, regulasi emosi yang kurang, selalu ingin berkuasa, ingin mendominasi dan perilaku agresif juga menjadi ciri pelaku perundungan.
ANTARA