TEMPO.CO, Jakarta - Dampak buruk anak yang kecanduan gawai sudah sering dibahas. Spesialis kesehatan jiwa pun memaparkan perlu adanya batasan waktu anak bermain gawai yang disesuaikan dengan umur. Tujuannya agar tidak memberikan dampak buruk jika dipergunakan secara berlebihan.
Kepala Sub Direktorat Masalah Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, dr. Lina R Mangaweang Sp.Kj., mengatakan pemberlakuan batasan waktu penggunaan gawai pada anak harus ketat. Lina menerangkan secara tegas untuk tidak memberikan gawai pada anak dalam rentang usia 0-6 bulan.
"Usia 0-6 bulan kalau bisa jangan dulu diperkenalkan. Pada usia 1-2 tahun boleh sedikit-sedikit dikasih lihat tapi jangan lebih dari satu jam," kata Lina.
Sementara untuk anak dengan usia di bawah 6 tahun, orang tua sudah harus melakukan pengawasan terhadap penggunaan gawai pada anak. Sedangkan jika anak di usia 8 tahun sudah mulai bermain game, orang tua harus mengetahui jenis game seperti apa yang dimainkan oleh anak.
"Di atas 6 tahun harus dilihat apa yang dipermainkan di handphone-nya, pastikan bukan permainan yang bersifat kekejaman atau kekerasan," katanya.
Ilustrasi anak bermain gawai (pixabay.com)
Orang tua juga harus mengetahui aplikasi apa saja yang ada di ponsel anak dan kebiasaan anak dalam menggunakan internet. Jika anak mengakses internet dari komputer, komputer tersebut harus ditempatkan di ruang keluarga dan bukan di kamar anak agar bisa terpantau.
Kecanduan atau adiksi terhadap game online bisa mempengaruhi psikis anak jika berlangsung secara terus menerus dan tidak dibatasi. Dampak psikis yang terjadi pada anak akibat kecanduan game bisa membuatnya menjadi cemas, mudah tersinggung, dan mengakibatkan konsentrasi yang menurun.
Lina menjelaskan kecanduan terhadap game yang tidak teratasi bisa mengganggu fungsi otak, seperti fungsi kognitif, serta fungsi eksekutif yang berpengaruh dalam proses merencanakan dan menentukan. Selain itu, anak yang ketagihan terhadap game dan memainkannya setiap hari juga bisa berpengaruh pada interaksi sosialnya yang memburuk.
"Keterampilan sosialnya bisa berkurang karena sering bermain game online. Anak bisa menjadi egosentris, individualistis, dan nantinya akan kesulitan bekerja bersama dalam kelompok," kata Lina.