TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes tipe 2 atau diabetes melitus merupakan penyakit yang ditakuti banyak orang karena bisa menyebabkan komplikasi. Hasil penelitian Guru Besar Universitas Andalas (Unand) Padang menemukan peningkatan kemakmuran dan kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab meningkatnya kasus diabetes melitus tipe 2.
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang menjadi persoalan di bidang kesehatan saat ini, selain prevalensi meningkat, penyakit ini menyebabkan kerusakan hampir seluruh jaringan tubuh," kata Guru Besar Ilmu Biokimia Unand Profesor Eti Yerizel.
Ia menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Biokimia di Fakultas Kedokteran Unand dengan tema Efek Stres oksidatif pada hiperglikemia terhadap makromolekul dan beberapa faktor anterogenik penderita diabetes melitus tipe 2.
Eti menjelaskan mengacu pada Perkumpulan Endokrinologi Indonesia diabetes melitus merupakan penyakit menahun dengan sekumpulan gejala pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin.
Diabetes Melitus tipe 2 penyebabnya bervariasi, mulai dari resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Menurutnya, efek stres oksidatif pada diabetes melitus tipe 2 akan berefek terhadap kerusakan beberapa senyawa dan selanjutnya merusak metabolisme sehingga menimbulkan reaksi komplikasi berupa kerusakan jaringan.
Oleh sebab itu, penting adanya keseimbangan senyawa dalam tubuh manusia mulai dari oksidan, antioksidan, hingga kadar gula darah agar terhindar dari hiperglikemia. Ia menilai pola makan, faktor genetik, gaya hidup, merupakan penyebab timbulnya hiperglikemia.
Penggunaan berbagai tanaman herbal dapat dijadikan sebagai antioksidan seperti rosella, buah naga, mengkudu, mahkota dewa, dan buah merah. Selain itu, keseimbangan pola makan, aktioksidan, dan aktivitas tubuh dapat berperan mencegah hiperglikemia sehingga tidak menimbulkan diabetes melitus tipe 2.