TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki 13 gelar akademik yang terdiri dari satu sarjana, sepuluh master dan dua doktor, bukan hal yang mudah bagi Yenita. Berbagai pengorbanan pun harus ia lakukan, termasuk dari segi keuangan dan waktu.
Menurut pengakuannya, ayah dan ibu hanya membiayai pendidikan sarjana dan satu masternya saja. Selebihnya, ia harus membiayai sendiri ke-11 gelar akademiknya. Biaya yang harus ditanggung terbilang sangat mahal, yakni sekitar satu miliar rupiah.
“Orang tua hanya membiayai S1 dan S2 saya yang pertama. Lainnya saya biaya sendiri. Kalau dihitung-hitung Rp 1 miliar,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada 16 Agustus 2019.
Untuk membiayai diri sendiri itu, Yenita pun tak hanya bekerja sebagai dosen melainkan juga menjadi karyawan di beberapa perusahaan besar di Jakarta.
“Dari semua gaji saya itu, dikumpulkan untuk biaya kuliah. Saya juga menabung untuk S3 karena S3 itu butuh biaya yang besar,” katanya.
Yenita, wanita dengan 13 gelar akademik. Dok/pribadi
Selain menggerus kantong demi lancarnya pendidikan yang dijalani, waktu bersenang-senang pun harus direlakan. Ia mengaku sering menolak ajakan teman untuk bermain. Ia lebih memilih menggunakan waktu untuk mengerjakan tugas kuliah.
“Mau main sama teman harus mikir-mikir dulu karena bisa habis 5 jam-an untuk nonton, makan, ngobrol, dan macet di jalan, sedangkan itu bisa saya gunakan untuk mengerjakan tiga paper tugas makalah,” katanya.
Meski demikian, semua usahanya berbuah manis. Ia akhirnya dapat menyelesaikan semua pendidikan dengan tepat waktu. Dimana setiap master ditempuh dalam waktu 1,5 tahun dan doktor dengan tiga tahun saja. Bahkan, Yenita juga berhasil meraih predikat lulusan terbaik untuk enam pendidikannya dan tiga kali mendapat indeks prestasi kumulatif (IPK) 4.
“Memang tidak mudah dan banyak yang harus dikorbankan. Tapi semua buahnya sangat baik. Orang tua juga mendukung jadi ini adalah hadiah juga untuk mereka,” katanya.