TEMPO.CO, Jakarta - Gawai sudah menjadi hal yang sangat umum digunakan anak-anak. Anda akan mudah melihat anak berdiam diri asyik menonton saluran favoritnya di salah satu sudut rumah. Lain waktu, si anak bisa saja sedang sangat fokus bermain game di depan layar elektroniknya. Kegiatan itu membuatnya semakin jarang bergerak apalagi bermain ke luar bersama teman-temannya.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melepaskan anak dari gawai. "Salah satunya dengan memperkenalkan anak dengan permainan lain terutama permainan tradisonal," kata Country Leader of Communication & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia, Devy Yheanne kepada Tempo pada 6 Agustus 2019.
Devy mengatakan hal itu sempat dilakukan salah satu stafnya. Stafnya menggambar desain engklek dengan menggunakan selotip di ubin teras rumahnya. "Anak staf saya suka sekali bermain engklek itu," kata Devy.
Devy membenarkan saat ini teknologi memang menjadi salah satu yang menjadi tuntutan hidup. Modernisasi dan salah satu indikasinya dilihat dari teknologi. Namun ada pula dampak teknologi yang tidak terhindarkan. Sayang, teknologi pula yang membuat semakin banyak keluarga yang semakin jarang menghabiskan waktu dengan keluarga. "Teknologi tidak mungkin dilarang. Bangsa Indonesia juga harus maju. Anak melek teknologi, kita harus senang anak tahu teknologi. Kuncinya seimbangkan," ujarnya.
Menurut Devy, walaupun saat ini semakin banyak masyarakat yang menggunakan gawai, penting pula untuk terus mengingatkan agar melakukan interaksi antar anggota keluarga. "Peran kita membantu memberikan saran untuk menyeimbangkannya. Tidak usah selamanya main gawai, ada waktu interakasi di luar bersama orang tua," katanya Devy.
Brand Manager COMBANTRIN Mitchelle S. Putra mengingatkan ada perbedaan yang sangat terlihat antara permainan saat ini dengan permainan zaman dulu. Dulu para orang tua biasanya marah karena anak-anak mereka terlalu lama bermain di luar. "Saat ini justru orang tua meminta agar anak mereka bisa bermain di luar," katanya.
Lebih lama menggunakan gawai membuat anak-anak ini semakin individualis dan diam serta malas bergerak. Sebenarnya anak tidak bisa disalahkan 100 persen atas kondisi ini. Mitchelle mengatakan salah satu faktor anak semakin jarang bergerak adalah karena orang tuanya pun semaikin larut di depan komputer. "Orang tua juga ketergantungan pada gawai. Kemungkinan besar anak-anak meniru apa yang kita lakukan," katanya.
Tak heran bila anak sekarang yang sangat tergantung pada gawai menjadi keresahan orang tua. Solusinya ajak anak kembali bermain permainan tradisional di luar rumah. "Tidak sulit karena manusia makhluk bermain. Yang perlu dilakukan, hanya perlu menginspirasi mereka. Memberikan trigger supaya mereka kembali bermain karena pada dasarnya manusia makhluk bermain," ujarnya.